Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Ujian Daring Berubah Menjadi Luring

6 Juni 2022   11:02 Diperbarui: 6 Juni 2022   17:52 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelaksanaan PAT di sekolah ,  dokumentasi pribadi Anggita

Dua orang siswa duduk sambil menunduk dalam.  Di hadapan mereka  Ibu wali kelas memandang keduanya dengan tatapan kecewa. Betapa tidak?  Hari ini panitia pelaksana Penilaian Akhir Tahun (PAT) mendapati keduanya melakukan sesuatu yang dilarang dalam ujian.

Yang satu  (sebutlah namanya Anto)  membuka google,  sedangkan yang lain (sebutlah namanya Anti)  bertanya tentang jawaban soal pada orang lain lewat whatsapp, dalam hal ini ia bertanya pada kakaknya.

Padahal aturan dalam ujian tulis, siswa hanya boleh membuka satu tab dalam perangkatnya yaitu aplikasi ujian, tidak boleh membuka aplikasi yang lain. Otomatis searching ataupun membuka sosmed adalah hal yang dilarang dalam PAT.

Penilaian Akhir Tahun (PAT) adalah ujian yang dilakukan di akhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester genap.

Materi yang diujikan dalam PAT meliputi seluruh KD pada semester genap.  Hasil PAT selanjutnya diolah dan dianalisis untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dan juga dimanfaatkan antara lain untuk pengisian rapor.

PAT di sekolah Anto dan Anti dilakukan dengan menggunakan aplikasi tertentu.  Soal PAT bisa diakses dengan menggunakan perangkat siswa.

Ujian menggunakan perangkat siswa,  sumber gambar: Majalah Sora
Ujian menggunakan perangkat siswa,  sumber gambar: Majalah Sora

 Karenanya pada hari itu dua buah gawai  tergeletak di hadapan ibu wali kelas sebagai bukti 'kecurangan'yang dilakukan keduanya.

Anto dan Anti bukan murid yang bodoh.  Bahkan mereka termasuk peringkat atas di sekolah. Tapi mengapa hal ini bisa terjadi?

Ibu wali kelas memberikan beberapa pertanyaan pada keduanya, dan dijawab dengan jujur oleh anak-anak tersebut.  Sampai pada pertanyaan mengapa harus searching atau bertanya tentang jawaban soal, keduanya menjawab terus terang karena soalnya sulit, dan bertanya atau searching sering mereka lakukan saat ujian  daring.  

Di atas adalah contoh masalah yang timbul berkaitan dengan dilaksanakannya kembali ujian secara luring setelah sekian lama siswa belajar secara daring.

Kembali belajar di kelas membuat siswa harus menyesuaikan diri kembali dengan sistem pembelajaran luring yang "lebih banyak aturan " dibandingkan daring.

Sebagai contoh, saat ujian di sekolah  siswa harus menjaga sikap dalam ruangan, sikap harus tertib,  tidak boleh banyak menoleh ke sana-sini.  Belum lagi mereka harus datang 20 menit sebelum ujian dimulai,  berseragam lengkap bahkan berbaris saat mau memasuki ruang ujian, sementara saat daring mereka tidak terikat oleh aturan-aturan itu.

Ujian daring, sumber gambar: Kompas. com
Ujian daring, sumber gambar: Kompas. com
Jika pada ujian daring siswa bisa lebih leluasa searching atau minta bantuan pada orang lain misal guru les,  kakak,  orang tua (meskipun hal tersebut sebenarnya tidak boleh),  pada saat luring hal tersebut sama sekali tidak boleh dilakukan. 

Anto dan Anti adalah contoh dimana siswa belum beradaptasi dari pembelajaran  daring ke luring,  sehingga mereka 'tak sengaja' tetap melakukan kebiasaan saat ujian daring dulu.  

Memang ketika hal-hal yang sudah lama ditinggalkan harus dilakukan lagi, akan memerlukan waktu untuk membiasakannya kembali. 

Pada siswa kiranya perlu ditekankan kembali untuk melaksanakan ujian secara jujur.  Pelaksanaan ujian yang jujur,  disamping untuk membentuk karakter baik pada diri siswa,  juga akan memberikan hasil yang valid sehingga bisa menggambarkan kemampuan siswa, dan bisa dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan pembelajaran ke depannya.

Masalah di atas juga menunjukkan perlunya  kerjasama dari berbagai pihak agar penanaman karakter jujur,  disiplin dan mandiri pada siswa bisa berjalan dengan baik.

Biarkan siswa  mengerjakan ujian dengan jujur sesuai kemampuan mereka, dan sekolah memberikan pengawasan sebaik- baiknya.

Ya,  banyak yang harus dibenahi setelah pembelajaran dilakukan kembali luring setelah hampir dua tahun daring.  Masalah learning loss juga pembentukan karakter pada diri siswa.

Dengan kerjasama yang baik antara sekolah, keluarga dan masyarakat (tri pusat pendidikan) kita yakin semua masalah akan bisa teratasi.

Harapannya pada akhirnya akan tercipta generasi penerus yang tidak hanya cerdas namun juga mempunyai karakter yang bisa dibanggakan. 

Demikian sekedar catatan dari pelaksanaan PAT yang sudah berlangsung lima hari sejak minggu kemarin.  Semoga bermanfaat dan salam edukasi:)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun