Beberapa anak asyik mengerjakan soal sambil berdiskusi di gazebo, beberapa yang lain di perpustakaan atau sekitarnya. Sementara itu guru bergantian masuk kelompok- kelompok kecil tersebut untuk mengamati jalannya pembelajaran, dan sesekali menjawab pertanyaan dari siswa.
Siswa tampak aktif berdiskusi untuk memecahkan soal yang sudah disediakan. Meski kadang ada sedikit gurauan di antara mereka, tapi mereka segera fokus lagi.
Satu anak tampak punya peran yang sangat besar untuk menjelaskan materi pada teman-temannya dalam kelompok, sambil ia sendiri mengerjakan tugas di bukunya.
Ya, acara pembelajaran matematika hari itu adalah tutor teman sebaya yang diadakan di luar kelas.
Apakah tutor teman sebaya itu?
Benny. A (2011: 44), mengemukakan pendapat bahwa metode tutor sebaya bisa dimaknai sebagai penyajian informasi, konsep serta prinsip yang melibatkan peran serta peserta didik secara aktif di dalam pembelajaran.
Bisa juga dikatakan bahwa tutor sebaya adalah metode pembelajaran di mana seorang guru memilih sekelompok siswa yang penguasaan materinya bagus untuk disebar dan membantu siswa lain yang belum menguasai materi.
Metode tutor teman sebaya sering saya terapkan di kelas terutama menjelang ulangan semester, baik ulangan tengah semester ataupun akhir semester.
Awalnya, saat itu di mana siswa harus berlatih mengerjakan soal dengan berbagai variasi, ternyata banyak masalah yang timbul, terutama disebabkan oleh lupa konsep atau bingung untuk menerapkan konsep matematika yang sudah dipelajari. Dan masalah diperparah dengan keengganan siswa untuk bertanya.
Sebenarnya apa yang menyebabkan siswa yang tidak mengerti enggan untuk bertanya?