Hari ini saya menata kertas-kertas buram yang habis dipakai siswa dalam mengerjakan ujian matematika. Kertas penuh coretan itu saya kumpulkan jadi satu untuk dimasukkan dus yang berisi kertas-kertas tak terpakai.
Di SMP kertas buram adalah benda yang wajib ada ketika ulangan matematika atau IPA. Buram biasanya berupa kertas CD jadi warnanya agak kekuningan.Â
Untuk matematika buram yang diberikan pada siswa adalah satu lembar, sedangkan IPA adalah 1/2 lembar. Tentu saja karena porsi menghitung matematika lebih banyak daripada IPA.
Fungsi kertas buram sudah jelas, untuk menghitung. Seperti apapun bentuk soalnya; pilihan ganda biasa, pilihan ganda kompleks, essay, buram tetap diperlukan.
Setiap habis ujian matematika entah ujian semester, tengah semester maupun ujian akhir, kertas buram selalu dikumpulkan kembali.Â
Di samping untuk menghindarkan sampah yang berceceran juga menghindarkan kebocoran soal karena ada beberapa siswa yang harus mengikuti susulan, misalnya karena sakit atau alasan yang lain.
Pada akhirnya kertas buram nanti akan masuk di pokja daur ulang. Tapi sebelumnya, sambil menata saya selalu mengamati buram tersebut meski cuma sebentar.
Mengamati buram siswa sesudah ujian adalah pekerjaan yang menarik. Melalui buram bisa dilihat alur logika siswa dalam mengerjakan soal, sehingga kita bisa tahu siswa mengerti atau tidak, juga di bagian mana siswa biasa melakukan kesalahan. Bahkan melalui buram pula bisa ditemukan siswa yang belum bisa melakukan operasi hitung secara benar.
Namun di kertas buram kadang-kadang saya juga menemukan curhat yang lucu- lucu dari siswa tentang perasaan mereka saat mengerjakan ujian matematika, bahkan quotes, doa atau puisi .
Nah, berikut adalah beberapa hal penting yang bisa didapatkan dari mengamati kertas buram siswa: