Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tetap Waspada, Ini Tips Aman agar Tidak Terjebak Penipuan Harga Promo Tiket Murah

10 April 2022   14:44 Diperbarui: 20 April 2022   04:40 2125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu-minggu ini adalah saat sibuk bagi anak saya. Ya, setelah perjuangan mengikuti seleksi yang panjang ia berhasil mendapatkan beasiswa untuk belajar di Jepang. 

Ada rasa haru sekaligus bangga dalam hati saya. Belajar ke negeri sakura adalah hal yang sangat diimpikannya sejak SMA, dan baru bisa terwujud tahun ini. 

Berbagai persiapan dilakukan, mulai pengurusan visa, surat-surat serta segala keperluan yang akan dibawa ke sana. 

Satu hal yang sangat penting untuk segera dilakukan anak saya menjelang keberangkatannya adalah memesan tiket pesawat terbang dari Surabaya ke Jakarta. 

Rencananya tanggal 20 April siang, berlima anak saya dan teman temannya akan berangkat dari Surabaya ke Jakarta guna berkumpul dengan anggota rombongan yang lain dan malamnya berangkat ke Jepang dengan menggunakan maskapai penerbangan yang lain. Untuk praktisnya, anak saya dan teman-temannya membeli tiket secara online. 

Tentang pembelian tiket

Ada dua cara melakukan pembelian tiket perjalanan yaitu secara online dan offline

Pembelian secara offline artinya pembeli datang ke tempat penjualan tiket dan membayar secara tunai. Sedangkan pembelian online artinya pembelian lewat situs tertentu, dan pembayarannya dengan transfer. 

Ilustrasi tiket pesawat terbang | Sumber gambar: tirto. id
Ilustrasi tiket pesawat terbang | Sumber gambar: tirto. id

Pembelian secara online dan offline memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri.

Kelebihan pembelian tiket secara offline:

  1. Transaksi lebih aman
  2. Mudah diperbaiki jika ada kesalahan teknis, misal salah penulisan nama
  3. Tidak mudah terjadi penipuan

Kekurangan membeli tiket offline:

  1. Boros waktu dan tenaga, lebih- lebih jika ternyata kantor maskapai tutup, padahal sudah datang dari jauh
  2. Resiko kehilangan. Tiket fisik yang diberikan jauh hari beresiko hilang atau rusak

Kelebihan pembelian tiket secara online:

  1. Hemat waktu dan efisien. Pembeli tidak perlu pergi ke mana-mana, cukup membuka situs di HP
  2. Informasi promo bisa cepat didapat, sehingga bisa menentukan jadwal kepergian menyesuaikan harga tiket

Kekurangan membeli tiket online:

  1. Tidak semua orang bisa menggunakan terutama untuk yang awam teknologi
  2. Mudah terkena penipuan. Maraknya situs penipuan yang menyerupai situs maskapai besar hingga start up travel mengakibatkan pengguna awam mudah tertipu

Nah, di sinilah cerita bermula. Anak saya dan teman-temannya mengecek harga tiket pesawat Surabaya-Jakarta lewat sebuah situs agen perjalanan dan ternyata harganya sekitar Rp 800.000,00. 

Berselancar ke sana sini, tiba-tiba ada promo tiket pesawat rute yang sama seharga Rp 550.000,00 di sebuah akun sosmed. 

Tawaran yang menarik. Selisih Rp 250.000,00 lumayan bukan? Bisa untuk membeli barang keperluan lain, pikir mereka. 

Setelah berembuk mereka pun sepakat untuk segera membeli tiket promo. Pembelian sore itu segera dilakukan sebagai antisipasi jangan sampai kehabisan tempat karena mendekati lebaran. 

Disepakati bahwa yang memesan adalah anak saya dengan cara menghubungi nomor WhatsApp yang tercantum di sosmed tersebut. 

Nomor sudah dihubungi, penerbangan dan harga sudah sepakat, dan terakhir adalah transfer. Karena biaya per orang adalah Rp 550.000,00, berarti total yang harus dibayar untuk lima orang adalah Rp 2.750.000,00

Uang segera ditransfer, dengan ditalangi dulu oleh anak saya dan seorang temannya. Kebetulan di ATM anak saya ada saldo Rp 2.000.000,00, lalu ditambah temannya Rp750.000,00. 

Membeli tiket online sebenarnya sering kami lakukan saat hendak naik kereta api. Saat membeli tiket kereta api, sesudah transfer dalam jarak yang tidak begitu lama biasanya kami langsung mendapat e tiket lewat email. 

Tapi yang ini agak beda. Anak saya transfer pukul 19.30, dan sampai agak lama belum juga mendapat kabar tentang e tiketnya.

"Paling sebentar lagi," kata saya menenangkan. 

Kesibukan tarawih dan tadarus sejenak membuat kami lupa dengan masalah tiket, sampai akhirnya semua tertidur pukul sepuluh malam. 

Pada pukul 02.00 pagi, tiba-tiba ada telepon masuk ke HP anak saya. Ternyata dari si penjual tiket. Wah, pasti e tiket sudah masuk, pikirnya. 

Benar dari penjual tiket, tapi ternyata malam itu juga ia minta ditransfer lima juta rupiah untuk deposit. Pembicaraan saya dengar jelas karena HP di-loudspeaker. 

"Lho, di perjanjian tidak ada, Mas?" Tanya anak saya heran.

"Iya, promo ini sebenarnya khusus untuk member (sambil menyebut nama maskapai penerbangan), karena Anda belum jadi member, maka harus deposit lima juta rupiah," katanya meyakinkan.

Kok aneh, beli tiket pakai deposit? Pikir saya. 

"Waduh maaf,  aya tidak ada dana, Mas. Saya harus ngabari teman-teman dulu," kata anak saya lagi.

"Kalau Anda tidak ada dana lima juta, saya bantu lima puluh persen, jadi tinggal transfer dua juta lima ratus ribu rupiah, harus segera Mas, jumlah kursinya terbatas," jawabnya agak memaksa.

Melihat nadanya yang mulai ngotot, anak saya mulai merasa tidak enak. 

"Ini benar, Mas? " Tanya anak saya lagi.

"Ya Allah, Mas, saya juga punya keluarga, cari uang yang halal. Kalau Mas tidak percaya apa perlu saya kirimkan KTP?" Nada suara mulai meninggi. 

Akhirnya diambil kesepakatan bahwa anak saya harus transfer pukul sebelas siang keesokan harinya. Jika tidak, maka tiket akan hangus. 

Penipuan, jelas sekali. Hampir sama modusnya dengan penipuan-penipuan yang sering diceritakan. Ramah di awal, minta ditransfer uang,  tanya nomor rekening,  dan akhirnya marah-marah ketika tidak dipenuhi. 

Apalagi ketika keesokan harinya nomor WhatsApp si penjual tiket sudah tidak bisa dihubungi, dan tidak ada kabar hingga kini. 

Meskipun pahit, ada beberapa pelajaran berharga yang bisa diambil dari peristiwa ini, yaitu:

  1. Hindari memesan tiket pesawat melalui telepon atau SMS/WhatsApp/LINE dari oknum yang belum dikenal, terlebih jika nomor telepon yang digunakan adalah nomor telepon pribadi.
  2. Lebih baik membeli tiket lewat agen perjalanan yang sudah terpercaya. Di samping lebih aman, lewat agen perjalanan resmi jadwal perjalanan serta harga tiket pesawat dari berbagai maskapai ditampilkan secara jelas. 
  3. Jangan mudah tergiur promo tiket murah, terutama jika yang menawarkan adalah pihak-pihak yang kurang jelas. Bukannya untung yang kita dapatkan, tapi justru rugi. 

 Seperti yang terjadi di atas, gara-gara ingin mendapat diskon Rp 250.000,00 akhirnya dua juta rupiah melayang. 

Menjelang lebaran seperti ini, di mana banyak orang akan mudik, pasti ada saja oknum yang ingin mengambil manfaat dengan cara melakukan hal-hal yang tidak baik. Karena itu cermat, waspada dan hati-hati sangat diperlukan dalam merencanakan perjalanan kita.  

Semoga bermanfaat.. 

Salam Kompasiana:)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun