Membaca topik pilihan Kompasiana kali ini, membuat ingatan saya terlempar ke masa lalu. Masa di mana saya duduk di tingkat akhir SMA dan saatnya memilih jurusan kuliah.
Kurangnya pengetahuan tentang jurusan yang dipilih serta mata kuliah apa saja yang akan dipelajari, membuat adaptasi saat kuliah memerlukan waktu yang agak lama.
Saat SMA, jalur penerimaan mahasiswa baru dengan menggunakan nilai rapor dinamakan PMDK. Semua siswa kelas akhir wajib mengisi formulir PMDK di semester 6 tanpa kecuali.
Formulir diisi dengan menggunakan pensil 2B. Formulir tidak boleh terlipat, kumal apalagi sobek. Kami memperlakukan formulir itu dengan sangat hati-hati. Katanya lecek sedikit saja tidak akan terbaca komputer.
Nah, di sini awal ceritanya. Ketika mengisi formulir PMDK kondisi keluarga saya sedang terpuruk. Bapak kena stroke, ibu juga sakit.Â
Tiga anak di rumah semua masih dalam usia sekolah termasuk saya. Harapan untuk meneruskan kuliah seperti tidak ada. Lha siapa yang mau membayar, pikir saya.
Karena itulah saat pengisian formulir PMDK, saya tidak begitu semangat. Berbeda dengan teman-teman yang lain.Â
Sampai menjelang pengumpulan formulir saya belum berani mengisi. Sahabat saya bertanya, "Kok tidak diisi?"
Saya tersenyum kecut, "Lha milih apa ya?" Tanya saya bingung.