Kereta api Malioboro Express jurusan Malang-Jogjakarta sudah mulai memasuki Stasiun Tugu. Hari masih gelap. Matahari pagi belum lagi menyapa. Ya, azan Subuh belum waktunya bergema.
Aku menggeret koper menuju pintu keluar. Dalam keremangan tampak seorang anak laki-laki duduk di atas sepeda motor Beat.
Bergegas ia menghampiriku, salim dan meraih koper di tanganku.
"Ibuk tidak mabuk? " tanyanya.
Aku tertawa.
"Ah, naik kereta Ibuk tak pernah mabuk..,"kataku.
Bergegas aku duduk diboncengan sambil memangku kopor. Sepeda motorpun meluncur di tengah sepinya kota Jogja.
Di depan sebuah gedung diklat sepeda berhenti. Setelah izin pada satpam kamipun di arahkan menuju kamar yang sudah disediakan. Ya, pagi ini aku harus mengikuti diklat selama sepuluh hari di Jogja.
Sepuluh hari? Lama betul, pikirku ketika mendapat tawaran diklat saat itu.
"Bagaimana Bu? tanya ketua MGMPS ku.Â
Ketua MGMPS selalu mendorongku mengikuti diklat- diklat matematika.
"Lama ya Bu? Sepuluh hari, " kataku keberatan.
"Sepertinya kali ini saya tidak ikut, Bu, " tambahku.
"Ini lokasinya di Jogja lho. Â Lagipula sekolah sedang sibuk persiapan ulang tahun. Anak-anak sedang fokus di sana..., bagaimana? " tanya beliau lagi.
Hmm, Jogja selalu punya pesona sendiri bagiku. Betapa tidak? Anakku kuliah di sana dan menurut bulik- bulik, kami punya banyak saudara di sana.
Kepaten obor. Itu yang terjadi. Terlalu lama tidak bersilaturahmi membuat hubungan dengan saudara di Jogja  hilang. Padahal kakekku asli Jogja.
"Sebentar Bu, saya telpon anak saya ya? " kataku pada ketua MGMPS.
"Le, gedung itu dari kosmu jauh ya? " tanyaku lewat telepon.
Sebelumnya alamat P4TK Matematika di Jl Kaliurang sudah kukirimkan.
"Lho.. ini cuma sekitar 750 meter dari kosan ku, Buk, " jawah anakku. Hah?
"Bu, saya daftar, " jawabku pasti setelah telpon kututup.
Ya sesingkat itu pertimbangan yang kulakukan untuk mengikuti diklat di Jogja. Si Kecil ( padahal dia sudah besar), anakku yang bungsupun tidak keberatan, berarti semua beres.
Berpisah dengan anak yang kuliah di luar kota benar-benar 'sesuatu' rasanya. Satu di Jogja, satu di Bandung, di rumah tinggal aku dan Si Kecil.
Rumah terasa begitu sunyi, padahal dulu saat mereka masih kecil rumah selalu ramai dan.. berantakan.