Sebagai contoh dari hasil riset Kemendikbud Ristek yang diambil dari sampel 3.391 siswa SD dari 7 kabupaten/kota di 4 provinsi, pada bulan Januari 2020 dan April 2021 menunjukkan penurunan yang signifikan pada kemajuan belajar siswa selama setahun pandemi.
Kemajuan belajar yang dicapai siswa selama setahun untuk literasi bahasa setara dengan 6 bulan belajar, sedangkan untuk numerasi setara dengan 5 bulan belajar.
Untuk mengurangi dampak learning loss juga pemulihan dunia pendidikan di era pandemi sesudah pencanangan kurikulum darurat, disusul dengan peluncuran kurikulum prototipe.
Kurikulum prototipe lebih berfokus pada materi yang esensial dan tidak terlalu padat materi. Hal ini penting agar guru punya waktu untuk pengembangan karakter dan kompetensi siswa.
Hal-hal yang berbeda dari kurikulum prototipe dibanding kurikulum sebelumnya adalah:
- Untuk memahami lingkungan sekolah, di SD mapel IPA dan IPS dijadikan satu yaitu IPAS.
- Mapel bahasa Inggris di SD yang dulu dimasukkkan dalam mulok, di kurikulum baru menjadi mapel pilihan. Sekolah boleh mengajarkan atau tidak mapel bahasa Inggris bagi siswanya.
- Mapel TIK menjadi mapel wajib bagi SMP. Di era digital siswa harus memahami teknologi informasi baik penggunaannya maupun etikanya. Sebagaimana diketahui di kurikulum 2013 mapel TIK menjadi pilihan digabungkan dengan prakarya.
- Guru pengajar TIK tidak harus dari lulusan TIK karena akan ada panduan dari kemdikbud.
- Tidak ada program peminatan atau penjurusan di SMA. Nantinya pelajar kelas 11 dan 12 SMA boleh memilih mapel apa yang ingin dipelajarinya.
- Salah satu syarat kelulusan SMA salah satunya adalah membuat essay ilmiah. Dengan membuat essay ilmiah sebagai syarat kelulusan diharapkan sejak awal siswa mulai belajar untuk berpikir ilmiah dan banyak membaca. Bukankah satu syarat menulis adalah rajin membaca?
- Di SMK PKL termasuk mapel wajib dan dilaksanakan dalam jangka waktu satu semester. Sebelumnya PKL hanya dilaksanakan beberapa bulan dan tidak termasuk mapel wajib.
- Untuk semua jenjang digiatkan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). Dengan PBL, guru lebih leluasa mengembangkan pembelajaran disesuaikan dengan kearifan lokal dan kemampuan siswa.
Melalui PBL pula diharapkan penanaman karakter pelajar Pancasila lebih mudah untuk dilaksanakan karena dalam PBL siswa akan diajak bekerja dalam satu kelompok untuk menyelesaikan proyek yang diberikan.
Saat ini kurikulum prototipe sedang diterapkan secara terbatas di 2500-an sekolah di seluruh Indonesia melalui Program Sekolah Penggerak.
Sekolah-sekolah peserta program ini bukan hanya terdiri atas sekolah favorit yang mempunyai sarana dan prasarana berlebih, namun juga sekolah yang kurang sarana dan prasarananya bahkan sekolah yang terdapat di daerah tertinggal.
Uji coba ini menunjukkan pentingnya peran guru sebagai aktor utama pelaksana kurikulum guna melaksanakan evaluasi terhadap kurikulum secara nyata.
Uji coba ini juga tantangan bagi guru untuk terus belajar dan belajar, karena tuntutan zaman selalu berubah, dan kurikulum pun nantinya akan selalu berubah.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah sebagus apapun kurikulum, keberhasilannya tergantung pada bisa atau tidaknya guru menerapkannya di lapangan.
Majulah pendidikan Indonesia.