Hujan bulan November yang mengguyur kota Malang sejak sore tidak menyurutkan niat kami untuk datang ke Dewan Kesenian Malang (DKM).Malam itu kami  berempat menonton pameran seni yang dikemas dalam kegiatanNovember Art( NOVART) yang diselenggarakan oleh HMJ  Seni dan Desain Universitas Negeri Malang.  Acara yang dikemas secara online dan offline ini diselenggarakan tiga hari berturut turut, yaitu tanggal 19, 20 dan 21 Nopember.  Acara tidak hanya berupa pameran seni,  namun juga workshop,pagelaran musik, juga bedah karya seniman.
Dalam acara NOVART ini dipamerkan berbagai lukisan dengan berbagai media, video , patung, juga  topeng.
Gerimis yang terus turun tidak mengurangi kemeriahan acara terbukti dengan pengunjung yang terus berdatangan.
Malam ini DKM yang biasanya tampak agak sepi selama pandemi mulai menunjukkan jati dirinya sebagai wadah bagi warga Malang untuk mengekspresikan diri.
Ada pula yang mengungkapkan  tentang pandemi yang membuat kita kadang kehilangan semangat karena ruang gerak dibatasi. (Ruang Imajinasi,  karya: JauzarAzhar)
Tidak ketinggalan juga karya yang menggambarkan betapa hidup penuh tantangan dan kadang penderitaan. Â Dengan adanya tantangan dan penderitaan itu kita belajar tentang strategi bagaimana memutuskan sesuatu. Â (Secret Forest, karya: Eldiza Almiraabbistha R dan Tentang Bagaimana Memutuskan Sesuatu #1, Â karya: Osyaddha Ramadhanna)
Ya, Â seni adalah bahasa hati yang universal. Dia tidak bisa dipahami secara verbal dan rasional tapi bisa dirasakan getarannya sampai ke hati dan jiwa. Getaran estetik seni yang memyentuh jiwa inilah yang menyatukan berbagai perbedaan sekalipun masing-masing tidak paham dengan bahasa yang diucapkan.
Sebab jika kata kata tidak bisa mengungkapkan, maka seni bisa dengan manis menjabarkannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI