Ya Nabi salam 'alaika..,Ya rasul salam 'alaika
Ya Habib salam 'alaika..,Sholawatullah 'alaika
Suasana sekolah begitu berseri pagi itu. Kami semua warga sekolah berkumpul di lapangan volley, bersholawat bersama guna merayakan Maulid Nabi Muhammad saw. Maulid Nabi sebenarnya jatuh pada hari Selasa 20 Oktober, namun perayaannya dilaksanakan hari Kamis dan Jumat dalam minggu yang sama.
Adakah dalil untuk memperingati Maulid Nabi?
Ada beberapa pendapat mengenai hal ini. Namun jika peringatan maulid adalah wujud rasa cinta kita pada Baginda Nabi, perlukah dalil untuk merayakannya? Sedang cinta nabi pada kita umatnya begitu besarnya.
Maulid Nabi adalah sebuah perayaan atas kelahiran manusia mulia yang telah membimbing manusia dari abad kegelapan menuju dunia yang terang benderang.
Acara peringatan Maulid Nabi di sekolah kami tahun ini diadakan dua hari berturut-turut. Pada hari Kamis pagi kami semua membaca sholawat Diba' dengan iringan banjari dari kegiatan ekskul siswa dan ditutup dengan tausiyah yang disampaikan oleh siswa dan guru agama.
Dalam tausiyah ini disampaikan tentang pentingnya berbakti kepada orang tua dengan selalu berbuat baik dan mendoakan keduanya. Juga disampaikan pula tentang pentingnya menjadi siswa yang baik dan bertanggung jawab sebagai penerapan akhlak mulia yang telah diajarkan oleh Nabi uhammad saw.
Bagaimanakah akhlak Nabi Muhammad saw?
Keteladanan akhlak Rasulullah bisa diambil dari berbagai aspek kehidupan beliau. Sebagai pedagang beliau adalah pedagang yang jujur, sebagai pemimpin rumah tangga beliau adalah suami yang sangat mencintai keluarganya.
Sebagai tetangga beliau adalah tetangga yang sangat baik. Menjaga lisan dan perbuatan agar tidak menyakiti tetangga adalah salah satu dari sekian banyak ajaran beliau tentang akhlaqul karimah.
Rasulullah SAW pernah bersabda, "Demi Allah, dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak beriman." Â Seseorang lalu bertanya, "Siapa ya Rasulullah?" Beliau bersabda, "Orang yang membuat tetangganya merasa tidak aman dari kejahatannya" (HR Bukhari).
Dalam hal menjaga lisan ada sebuah sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dimana Nabi bersabda bahwa, keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan. Penting untuk menjaga lisan. Sebab lisan diibaratkan pisau yang apabila salah menggunakannya akan melukai banyak orang.