Pagi itu dengan penuh semangat Kimi menyimak petunjuk yang diberikan ibu gurunya lewat zoom. Â Dengan didampingi Sang Bunda, Kimi melipat lipat kertas berwarna pink di hadapannya. Â Lipat sana-sini dan tak berapa lama, Â taraaa jadilah sebuah pesawat.Â
Dengan penuh rasa gembira Kimi menunjukkan hasil pekerjaannya pada bu guru.
Ya, Â Kimi adalah siswa dari sebuah PAUD dan pelajarannya hari itu adalah membuat hiasan dari kertas lipat atau origami.Â
Istilah origami berasal dari Bahasa Jepang, yaitu 'ori' berarti lipat dan 'gami' berarti kertas. Meskipun istilah origami berasal dari Jepang seni melipat kertas sebenarnya  berasal dari China, dan diperkenalkan sejak  zaman Tiongkok kuno tahun 105 Masehi oleh Ts'ai Lun.  Origami kemudian  mulai berkembang dengan pesat di Jepang dan  akhirnya populer ke seluruh dunia.Â
Sejak kecil anak anak sudah dikenalkan dengan origami. Â Saya ingat dulu waktu kecil ibuk atau bapak sering membuatkan mainan perahu kertas, kipas, Â payung atau kuku-kukuan dari kertas. Â Karena kertas lipat zaman itu masih jarang, Â kami membuatnya dari kertas koran atau kertas dari buku yang sudah tidak terpakai.Â
Origami adalah kegiatan yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Melalui kegiatan membuat origami siswa bisa diajak berkomunikasi dan berkreasi membuat berbagai bentuk benda melalui tahapan tahapan tertentu.Â
matematika atau IPA.
Bentuk yang dihasilkan bisa bermacam-macam. Â Aneka benda, binatang, bunga, Â bahkan berbagai bentuk bangun ruang yang bisa dimanfaatkan untuk pembelajaranAda banyak manfaat membuat origami bagi siswa, di antaranya adalah:
1. Melatih konsentrasi dan daya ingat. Â Siswa harus berkonsentrasi dan mengingat benar langkah langkah yang harus dilakukan untuk membuat bentuk-bentuk tertentu.
2. Mengembangkan kreativitas. Â Dengan bentuk-bentuk yang sudah ada siswa bisa mengembangkan menjadi bentuk yang lain. Â Saya pernah mengajak anak anak membuat bentuk bebek. Â Ternyata oleh anak-anak dua bentuk bebek disatukan sedemikian rupa bisa menjadi bentuk dinosaurus.
3. Mengajak siswa belajar sesuai arahan. Dalam membuat bentuk, Â ada tahapan yang harus dilakukan satu per satu secara urut. Dari sini siswa belajar bekerja sesuai prosedur yang benar.