Bullying atau perundungan adalah hal yang sering terjadi di dunia sekolah. Kerap kali guru maupun orangtua tidak tahu bahwa putra-putrinya menjadi korban bullying.
Ada banyak alasan yang menyebabkan korban tidak mau bercerita. Salah satunya adalah takut jika bullying yang menimpa dirinya semakin menjadi jika sampai diketahui oleh guru atau orangtua.
Sebagai orangtua atau guru kita harus lebih peka jika anak menunjukkan gejala-gejala mengalami bullying, karena jika dibiarkan terus --menerus bullying akan membawa akibat negatif baik bagi fisik maupun mental korbannya.
Juga bagi pelaku jika dibiarkan terus-menerus akan membuat ia merasa 'biasa'melakukan bullying dan akhirnya tumbuh menjadi manusia yang cenderung melakukan tindak kejahatan.
Dalam tulisan ini saya akan memberikan illustrasi tentang dua siswa yaitu Adib dan Roni.
Cerita Tentang Adib
Adib menunduk dengan mata berkaca-kaca. Ia pura-pura sibuk dengan buku pekerjaannya. Sementara teman-temannya bergerombol di belakang sambil tersenyum senyum.Â
"Ini Dib.. , Kaosmu tadi jatuh dekat pot," kata Tio sambil tersenyum jahil. Adib menerima kaos olah raga yang sejak tadi dicarinya lalu memasukkannya ke dalam tas.
"Eh, jangan begitu.. Keceng nanti nangis lho..," terdengar suara salah seorang anak.
Cekikikan teman-teman di belakang semakin kentara. Adib memang memiliki badan lebih kurus dari rata rata temannya.
Ya, Adib sudah hafal. Tiap habis olah raga selalu ia dijahili teman-temannya. Pernah sepatu disembunyikan, kotak makan atau baju olah raga seperti hari ini. Adib sungguh berharap ibu guru tahu dan menghentikan aksi teman temannya. Untuk melapor, hhh...., Adib takut, jangan jangan ia jadi semakin dimusuhi teman sekelas.