Hari Jumat seminggu yang lalu tiba-tiba saja HP saya bermasalah. Pagi-pagi sesudah dipakai untuk membaca Kompasiana dan saling menyapa di grup reuni SD, HP mati sendiri.
Beberapa detik kemudian hidup lagi. Dua menit berselang mati lagi, beberapa detik hidup lagi.Begitu terus berulang-ulang.Â
Wah, ini pasti baterainya pikir saya. Tapi setelah saya cek baterai masih 65%. Mungkin HP-nya 'capek', pikir saya.
Mumpung masih pagi, HP saya matikan dengan harapan sekitar jam 8 akan normal kembali, sehingga bisa dipakai untuk pembelajaran.Â
Ketika jam sudah menunjukkan pukul 8 ternyata HP tetap bermasalah. Saya mulai panik. Wah, harus menggunakan skenario lain untuk pembelajaran.Â
Meskipun masalah pembelajaran akhirnya bisa diatasi, tetap tidak enak juga rasanya jika hp mati.
Sesudah pembelajaran berakhir sekitar jam 11 siang, saya membawa HP ke tempat reparasi.Â
Setelah dicek, ternyata perbaikan memerlukan waktu dua hari. Mungkin banyak yang harus direparasi dan akhirnya harus antre. Saya setuju saja. Ya, daripada beli lagi.
Jadilah hari Jumat, Sabtu, dan Minggu saya tidak menggunakan HP sama sekali. Kontak dengan sekolah terputus, tapi untungnya Jumat siang saya sudah lapor bahwa HP rusak dan tidak bisa dihubungi. Â
Pada anak saya yang di luar kota, saya minta pada adiknya untuk memberitahu bahwa hp ibuknya masuk reparasi .
Beberapa hari tanpa HP terasa aneh sekali. Sungguh, pandemi ini membuat hubungan saya dengan hp kian mesra.Â