Pagi itu matahari bersinar cerah secerah senyuman anak-anak  yang gembira menyambut datangnya Sabtu pagi.  Ya,  hari yang dinanti-nanti. Setiap Sabtu jam pelajaran kelas dua SD hanya 4 jam, dan dua jam terakhir adalah jam bercerita dan membaca.
Sebelum  mengajar SMP,  selama beberapa tahun saya pernah mengajar SD.  Sebagai wali kelas dua saya mengajar semua mapel kecuali agama dan OR. Saat iti tidak ada guru mapel di SD , yang ada adalah guru kelas .  Sungguh saya sangat kagum pada guru SD yang bisa menguasai semua mapel.  Benar-benar sesuatu yang tidak mudah.  Sebentar anak-anak kita ajar menghitung, langsung sesudah istirahat mengajar membaca puisi atau menyanyi, sesudahnya melakukan percobaan IPA. Wih...
Di awal mengajar kelas dua,  guru kelas satu memberikan memo pada saya.  Isinya daftar nama anak-anak yang membacanya kurang lancar.  Ada sekitar 4-5 anak.  Intinya,  di kelas dua saya harus memberikan perhatian khusus pada mereka supaya bisa lebih  lancar membaca.Â
Sehubungan dengan memo tersebut, Â akhirnya dua jam terakhir di hari Sabtu saya pakai khusus untuk pelajaran membaca. Supaya menarik saya ambilkan majalah majalah di perpustakaan. Â Saat itu sekolah berlangganan majalah Mentari dan Kuncup.Â
Majalah saya letakkan di depan dan anak-anak boleh mengambil satu untuk dibaca. Â Kalau sudah dibaca, majalah boleh ditukarkan dengan yang lain.Â
Di minggu-minggu pertama anak-anak sangat antusias. Â Mereka mengambil satu majalah dan membaca dengan tekun, lalu saling tukar dengan teman. Â Tapi lama kelamaan agak bosan juga. Â Majalahnya tetap, Â dan untuk memahami bacaan yang agak panjang seperti cerpen mereka mengalami kesulitan.Â
Akhirnya pada pertemuan berikutnya strategi saya ubah. Â Sebelum mereka mengambil majalah saya bacakan satu cerita di depan kelas dan anak-anak mendengarkan. Â Sesudah mendengarkan, saya memberikan beberapa pertanyaan berkaitan dengan bacaan tadi. Â Sesudahnya baru boleh mengambil dan membaca majalah.Â
Di luar dugaan anak-anak benar-benar antusias dengan metode baru ini.  Saat mendengarkan cerita mereka  konsentrasi penuh.  Diam semua.  Nah pada saat diberi pertanyaan mereka rebutan untuk menjawab.  Bahkan ada yang berani menceritakan kembali.  Amazing.  Saya bukan guru bahasa,  tapi benar benar merasakan keindahan mengajar bahasa.
Sejak saat itu hari Sabtu menjadi hari yang begitu kami nanti. Â Bukan hanya anak-anak, Â tapi juga saya. Â Saya benar-benar suka melihat sinar mata mereka saat mendengarkan cerita yang saya bacakan.
Ternyata di samping menyenangkan bercerita kepada anak mempunyai banyak manfaat, di antaranya: