"Nero...Nero...! "
Seiring dengan teriakan kami sosok mahluk berwarna coklat bertubuh besar berlari-lari dari dalam rumah menuju pagar.
"Guk... Guk... Guk...!"
Kami yang berada di luar pagar langsung semburat melarikan diri.
"Mlayuuu! " teriak kami bareng- bareng.Â
Sejak kehadiran anjing  di rumah itu kami punya acara keisengan yang baru. Berteriak teriak memanggil anjing,  lalu lari jika si anjing keluar.  Anjing jenis apa itu kami tak tahu,  yang jelas keberadaan anjing selalu menimbulkan pesona tersendiri bagi kami.
Apakah kami suka anjing? Tidak juga, Â bahkan kami takut. Dalam pandangan kami anak-anak kampung, anjing adalah mahluk yang suka mengejar dan menggigit. Jadi agak keder juga kalau bertemu anjing di jalan.
Tapi yang sedikit menentramkan, Â di tempat ngaji kami diberi doa khusus jika bertemu anjing. Â Supaya tidak dikejar, Â kata Ustad. Â Tapi dengan syarat anjing tidak boleh disapa apalagi digoda. Â Kalau pantangan itu dilanggar pasti doanya tidak makbul. Â Doa segera kami catat dan kami hafal.Â
"Ustad, Â kalau kertas doa dimasukkan air terus airnya diminum boleh? Â Biar kita kebal terhadap gigitan anjing? " tanya Sutris temanku. Â Ustad memandang Sutris serius.
"Tidak boleh Tris, Â harus dihafalkan, " kata Ustad lagi. Â Kami memandang Sutris geli. Â Iya sih, Â kami sangat faham Sutris sangat lambat dalam hafal-menghafal. Beberapa kali ia disetrap karena tidak hafal-hafal doa sholat.