Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Antologi, Self Reward, dan Berbagi

7 Maret 2021   10:41 Diperbarui: 7 Maret 2021   10:45 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: IDN Times

Hari ini buku antologi saya jadi lagi.  Judulnya Parade Cerita Binatang. Warnanya kuning cerah dengan desain yang lucu, setiap cerita dibuatkan ilustrasi pula.

Setelah pekerjaan rutin yang lumayan menguras pikiran gara-gara pandemi ini memang perlu juga memberikan self reward.  Menurut artikel dari JMC Academy Sydney, self-reward bisa mengembangkan kreativitas kita jika kita melakukan hal yang berbeda dari rutinitas sehari-hari. Pada saat kita memberikan hadiah pada diri sendiri otak akan mengeluarkan hormon dopamine yang membuat kita lebih bahagia, sehingga secara tidak langsung bisa mencegah kita dari rasa stress.

 Ada beberapa cara self reward yang bisa kita lakukan, di antaranya :

1. Quality time dengan teman,  misal jalan-jalan, ngobrol,  duduk duduk di kafe

2. Melakukan kegiatan sosial, dengan kegiatan ini kita bisa merasakan kebahagiaan lewat memberi.

3. Mengikuti workshop, sesudah melakukan sesuatu yang lain dan mempelajari sesuatu yang lain,  maka sesudahnya kita masuk dunia kita kembali dengan pikiran yang lebih segar.

4. Nonton film,  dari film yang kita tonton kita bisa mendapatkan hiburan juga inspirasi.

5. Tidur siang,  meditasi, self reward tidak harus keluar biaya atau keluar rumah.  Tidur siang atau meditasi adalah pilihan self reward termurah yang bisa kita lakukan. 

Di era pandemi ini  salah satu self reward yang saya lakukan adalah  mengikuti proyek antologi, baik yang ditawarkan oleh penerbit,  komunitas guru ataupun sebuah event lomba. Ada dua macam proyek antologi yang pernah saya ikuti, yaitu :

1. Dari kelas belajar menulis lalu membuat antologi

2. Dari hasil lomba,  karena masuk sekian besar lalu dibuatkan antologi. 

Lomba ataupun kelas menulis yang saya ikuti sebagian besar adalah cerita anak-anak, mungkin karena  di masa sekolah saya sering menulis cerita anak untuk dikirim ke majalah.  Proses pembuatan satu buku antologi memerlukan waktu kira-kira 2 bulan. Mulai dari pengiriman naskah, seleksi, editing lagi jika perlu, mencetak dan mengirim ke masing masing penulis.  Namun ada juga pembuatan antologi terlama yang pernah saya ikuti,  yaitu kira-kira 6 bulan.  Saya sampai lupa kalau sudah mengirim naskah. 

Biasanya sebelum buku dicetak akan dishare di wag untuk menunjukkan desain buku, baik cover atau ilustrasi di dalamnya.  Para penulis diminta untuk mengamati apakah namanya sudah tercantum dengan benar.  Paling senang jika karya kita dijadikan cover.  Benar-benar 'sesuatu ' rasanya. Satu karya saya yang dijadikan cover adalah Petualangan Hamham dan Hemo yang berkisah tentang dua hamster kecil yang melarikan diri dari kandangnya.

Buku-buku antologi hasil pelatihan dan lomba, dokpri
Buku-buku antologi hasil pelatihan dan lomba, dokpri

Selama pandemi saya mengikuti  9 proyek antologi.  Beberapa bukunya sudah jadi,  yang lain masih di penerbit.

Ada beberapa keuntungan yang bisa diambil dari proyek antologi ini :

1. Rasa bahagia.

Jelas sekali,  saya merasakan kebahagiaan dalam menulis.  Menulis menjadi kebutuhan untuk mencurahkan isi hati dan pikiran.

2. Meningkatkan rasa percaya diri. 

Dengan dikomentari oleh teman atau penerbit saya merasa lebih percaya diri dengan tulisan saya.  Sebenarnya hal ini sangat saya rasakan di kompasiana.  Tulisan saya sungguh tidak ada apa apanya dibanding kompasianer yang hebat-hebat. Namun komentar atau vote dari teman-teman terhadap tulisan saya benar-benar  meningkatkan rasa percaya diri dan membuat saya lebih semangat untuk menulis.

3. Bisa berbagi.  Untuk buku antologi yang sudah jadi saya biasanya pesan dua . Satu untuk saya, sedangkan yang satu jika buku pembelajaran akan saya berikan perpustakaan sekolah sedangkan buku cernak atau fabel saya berikan pada putera-puteri teman yang suka membaca.

 Pembaca cerita saya adalah anak seusia SD kelas 3-4. Senang sekali rasanya melihat anak-anak kecil yang mulai suka membaca.  Sebab  membaca adalah sarana bagi mereka untuk mempelajari berbagai macam ilmu ke depannya.


Suka membaca sejak kecil, Sumber gambar: Jatim Times
Suka membaca sejak kecil, Sumber gambar: Jatim Times
Hari ini  tiba-tiba saya mendapat telpon dari satu anak yang baru saya beri buku. "Terima kasih bukunya Ibu,  semoga Ibu selalu sehat,  bisa buat buku lagi, "

Tes.  Terharu rasanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun