2. Dari hasil lomba, Â karena masuk sekian besar lalu dibuatkan antologi.Â
Lomba ataupun kelas menulis yang saya ikuti sebagian besar adalah cerita anak-anak, mungkin karena  di masa sekolah saya sering menulis cerita anak untuk dikirim ke majalah.  Proses pembuatan satu buku antologi memerlukan waktu kira-kira 2 bulan. Mulai dari pengiriman naskah, seleksi, editing lagi jika perlu, mencetak dan mengirim ke masing masing penulis.  Namun ada juga pembuatan antologi terlama yang pernah saya ikuti,  yaitu kira-kira 6 bulan.  Saya sampai lupa kalau sudah mengirim naskah.Â
Biasanya sebelum buku dicetak akan dishare di wag untuk menunjukkan desain buku, baik cover atau ilustrasi di dalamnya. Â Para penulis diminta untuk mengamati apakah namanya sudah tercantum dengan benar. Â Paling senang jika karya kita dijadikan cover. Â Benar-benar 'sesuatu ' rasanya. Satu karya saya yang dijadikan cover adalah Petualangan Hamham dan Hemo yang berkisah tentang dua hamster kecil yang melarikan diri dari kandangnya.
Selama pandemi saya mengikuti  9 proyek antologi.  Beberapa bukunya sudah jadi,  yang lain masih di penerbit.
Ada beberapa keuntungan yang bisa diambil dari proyek antologi ini :
1. Rasa bahagia.
Jelas sekali, Â saya merasakan kebahagiaan dalam menulis. Â Menulis menjadi kebutuhan untuk mencurahkan isi hati dan pikiran.
2. Meningkatkan rasa percaya diri.Â
Dengan dikomentari oleh teman atau penerbit saya merasa lebih percaya diri dengan tulisan saya.  Sebenarnya hal ini sangat saya rasakan di kompasiana.  Tulisan saya sungguh tidak ada apa apanya dibanding kompasianer yang hebat-hebat. Namun komentar atau vote dari teman-teman terhadap tulisan saya benar-benar  meningkatkan rasa percaya diri dan membuat saya lebih semangat untuk menulis.
3. Bisa berbagi. Â Untuk buku antologi yang sudah jadi saya biasanya pesan dua . Satu untuk saya, sedangkan yang satu jika buku pembelajaran akan saya berikan perpustakaan sekolah sedangkan buku cernak atau fabel saya berikan pada putera-puteri teman yang suka membaca.