Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Sekadar Angka

28 Oktober 2020   16:00 Diperbarui: 28 Oktober 2020   16:18 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.goodnewsfromindonesia.id

Saya punya sedikit cerita  di masa pandemi ini.

Pasar tempat saya belanja dalam kesehariannya selalu ramai.  Beberapa orang bahkan tidak memakai masker,  apa lagi jaga jarak.  Sempat ada guyonan di antara para pedagang jika ada satu atau dua temannya tidak berjualan.

 "Tidak jualan..Takut covid..., " seloroh mereka sambil tertawa.  Nyata sekali,  bahwa pandemi ini tidak begitu berpengaruh pada mereka.  Bahkan sepertinya mereka tidak percaya dengan adanya pandemi ini. Mungkin karena  menurut data statistik kelurahan saya aman,tidak seperti kelurahan sebelah.

 Namun hal itu langsung berubah ketika suatu hari ada petugas kebersihan pasar tiba-tiba meninggal dalam melaksanakan tugas.  Jenazah tergeletak di tengah pasar, ditutup kain dan tak seorangpun berani mendekat sampai akhirnya jenazah dibawa petugas yang mengenakan APD lengkap.  Orang orang langsung terdiam.  

Meski mereka kelihatan begitu berani dan sedikit meremehkan pandemi ini, namun ketika tiba-tiba   ada orang meninggal di hadapan mereka dan dicurigai kena covid ( meski belum tentu) mereka langsung merasa bahwa ancaman covid begitu nyata dan dekat. Akhirnya dalam beberapa hari ke depan pasar sepi, banyak kios tutup dan pengunjungpun jauh berkurang.

Cerita yang lain lagi adalah ada berita bahwa pada kelurahan z penderita covid  bertambah satu orang, dan meninggal. Berita yang tidak begitu mengejutkan di era seperti ini.  Di saat yang sama saya mendapat kabar bahwa teman saya meninggal dunia karena covid.  

Teman baik, karena dia selalu memberikan pelatihan tentang pembuatan pupuk cair di sekolah setiap menjelang lomba lingkungan. Pada beberapa kesempatan dia menjadi pemateri dan saya moderatornya. Dan ternyata teman saya yang meninggal ini adalah penderita covid dari kelurahan z tersebut.  Sedih sekali rasanya.

 Saat  melihat data statistik memang ada perasaan prihatin dalam hati saya, namun perasaan itu semakin mendalam ketika saya tahu yang menjadi korban adalah teman saya. Apa lagi ketika kemudian saya melihat foto --foto teman saya  saat mendiklat anak-anak  di sekolah.

Dua peristiwa itu menyadarkan saya untuk berhenti berpikir tentang angka-angka saja saat melihat data pandemi.Saat  membandingkan jumlah penderita dari satu daerah dengan daerah lain kadang dengan entengnya saya berkata, ooh daerah A cuma  bertambah sekian orang, tidak seperti daerah B. Daerah C yang meninggal cuma satu,daerah D ada dua.

Benar-benar komentar  yang kurang bijak, karena  sesungguhnya ada banyak cerita di balik  angka-angka itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun