Indonesia merupakan negara yang pluralistik. Kelompok keagamaanya sangatlah beragam di masyarakat. Keberagaman itu dapat berdampak negatif bagi interaksi sosial umat beragama, jika tiap-tiap kelompok agama lebih cenderung mengekedepankan egosentrisnya, seperti anggapan agama kamilah yang paling benar dan menonjolkan keunggulan kelompoknya masing-masing.Â
Oleh karenanya Ahmad Fedi Yani Syaifuddin (1986) mengatakan agar terjadi integrasi antar kelompok dalam masyarakat, harus tercipta sejumlah pranata yang mengikat semua anggota kelompok sosial, baik etnis maupun agama, sehingga setiap warga dapat mengidentifikasi dirinya pada suatu ciri yang juga dimiliki kelompok sosial yang lain. Pranata itu mengedepankan nilai-nilai universal yang bisa diacu oleh setiap kelompok agama tanpa harus meninggalkan identitas agamanya masing-masing.
Dalam konsep KBBI dalam definisi kpbi mayoritas itu adalah jumlah orang terbanyak yang memperlihatkan ciri tertentu menurut suatu patokan jika dibandingkan dengan jumlah yang lain Jadi ada jumlah yang terbanyak. Sedangkan minoritas adalah golongan yang jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan golongan yang lain dalam satu masyarakat. Relasi minoritas dan mayoritas selain kemudian terpengaruhi dalam konstruksi sosial yang ada di masyarakat tentunya juga tidak lepas dari peran negara.Â
Minoritas dalam pemikiran barat tidak hanya mengacu atau bertolak ukur pada kuantitas jumlah saja dan juga tidak hanya mengacu pada politik saja. Tetapi istilah minoritas di barat mengacu pada identitas kebudayaan yang berbeda dengan identitas kebudayaan mayoritas yang hidup bersama-sama dan identitas kebudayaan tersebut berkembang secara istimewa ataupun berbeda.Masyarakat multikultural negara tentunya banyak sekali memiliki etnik dan keberagaman pada setiap negara nah pada dasarnya hanya ada 10-15 persen negara di dunia ini. Setiap negara memiliki strategi kebudayaan masing-masing tentunya dan negara memiliki strategi kebudayaan dalam mengelola keberagamannya. Mengatasi paham individu dan paham golongan karena itu Bung Karno di dalam pidato 1 Juni 1945 kita mendirikan Negara Indonesia bukan untuk satu agama ataupun untuk satu kelompok.
Kelompok individu yang minoritas dengan ciri khas suku bangsa, agama, atau ras tertentu yang berbeda dari penduduk mayoritas sebagai kelompok yang dilihat dari instruksi lebih kecil. Maka, dalam posisi yang tidak dominan etnis agama dan bahasa yang berbeda dengan populasi menunjang menunjukkan setidaknya secara implisit sikap solidaritas yang ditunjukkan pada budaya melestarikan budaya agama dan bahasa. Sedangkan hubungan antara mayoritas dan minoritas dalam masyarakat majemuk menurut Ted R. Gurr terdiri dari 4 hal yaitu containment, assimilasi, pluralism dan power sharing.
Containment adalah suatu strategi kelompok mayoritas untuk menjaga agar kelompok minoritas tetap terpisah dan dalam posisi yang tidak sama dengan kelompok mayoritas. Asimilasi adalah strategi yang ditujukan kepada kelompok minoritas agar meninggalkan identitas kelompoknya dan mengadopsi budaya kelompok mayoritas. Sedangkan pluralisme memberikan tempat yang lebih besar terhadap hak-hak bersama dan kepentingan-kepentingan minoritas. Power sharing adalah tingkat hubungan yang paling seimbang sebab semua kelompok dan identitas budaya diakui sebagai elemen dasar dari masyarakat dan diberikan ruang publik yang sama di antara kelompok-kelompok tersebut.
Desa Natai Sedawak merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Sukamara, Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah. Mayoritas warga Natai Sedawak beragama Katolik. Di desa Natai Sedawak ini adat istiadat masih sangat kental, masih ada hukum adat, upacara kematian, dan acara adat "Begandang".
Toleransi antar umat beragama bisa terlihat ketika acara-acara adat maupun hari raya. Disini umat Muslim menjadi minoritas. Pada hari raya Idul Fitri ataupun Idul Adha mereka yang beragama Katolik biasanya berkunjung kerumah. Tak hanya berkunjung biasanya mereka membawakan masakan, buah-buahan, dan lain-lain. Begitupun sebaliknya ketika mereka merayakan hari Natal. Ada sebuah tradisi dimana pada malam tahun baru di desa ini diadakan acara berkumpul bersama di kantor desa. Biasanya ada panggung dangdutan, makanan, dan membakar lemang bersama.
Tak hanya itu, biasanya ketika acara adat "Begandang" umat Muslim juga datang menghadiri ataupun membantu menyiapkan makanan. Acara ini biasanya diadakan ketika ada yang sakit, ataupun syukuran. Biasanya ketika ada acara Begandang, tuan rumah yang mengadakan acara akan membagi dua macam makanan, satu bagian untuk umat Muslim dan satu lagi untuk mereka yang beragama katolik.
Hal-hal diatas menunjukkan bahwa mayoritas dan minoritas tidak selalu bertentangan. Di desa Natai Sedawak mayoritas dan minoritas bisa hidup sejalan dengan damai, tentram, dan sejahtera. Di desa Natai Sedawak ini lembaga di desa bisa menumbuhkan nilai keadaban di masyarakat. Sehingga tidak terjadi pertikaian antara mayoritas dan minoritas warganya.