Mohon tunggu...
Yuldi Ais
Yuldi Ais Mohon Tunggu... -

easy going, simpel, dinamis, progressuve, terencana yang fleksibel, dan active.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Impor Sembako, Solusi atau Kolusi?

31 Desember 2010   17:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:06 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan lautan hanya kolam susu, kail dan jala cukup menghidupimu. Tiada badai tiada topan kau temui, ikan dan udang menghampiri dirimu. Orang bilang tanah kita tanah syurga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman.

Siapa yang tak kenal dengan lagu "Kolam Susu" yang sangat populer diciptakan dan dinyanyikan oleh Koes Ploes. Lirik lagu itu memang sedikit, jenis musik yang ditampilkan ringan, namun memiliki makna yang sangat mendalam.

Aku bersykur pernah pergi ke banyak kota dan daerah di Indonesia, mulai dari yang terpencil dan terpelosok hingga kota yang sangat metropolitan ini. Beberapa diantaranya aku pernah tinggal untuk beberapa tahun. Sering aku menyaksikan sendiri kondisi alam Indonesia yang memang begitu indah dan subur. Aku pun menyaksikan secara langsung para petani dan nelayan bekerja dengan hasil bumi Indonesia.

Semua yang pernah ku lihat adalah indah, nyata, dan fakta. Aku sangat bangga dengan Indonesia. Bangga. Namun kebanggaan itu mulai luntur saat tepatnya jaman awal reformasi bergulir. Ketika semua harga sembako naik tajam. Ketika itu pula seakan-akan Indonesia kiamat karena terancam akan kekurangan stok bahan makanan.

Kini sudah 12 tahun reformasi bergulir. Para sarjana pertanian dan perikanan dari Universitas favorit di negeri ini belum juga menunjukkan karya emasnya. Karena tak kunjung terlihat taring giginya, sehingga membuat pemerintah mengambil langkah praktis yang tidak solutif.

Impor sembako dari negara lain memang terlihat meringankan, namun itu hanya untuk sesaat. Jika hal ini terus menerus dilakukan, ini adalah "pembuhunan" secara perlahan.

Mari kita menengok sebentar ke India. Kebanyakan kita mengenal India melalui film India. India dahulunya adalah negara miskin dan bodoh. Namun dalam beberapa dekade kebelakang, India mampu menjadi negara maju dan diperhitungkan di kancah percaturan dunia. Pada tahun 2009,  jumlah penduduk India tercatat di bank dunia adalah sebanyak 1.155.347.678. Dengan jumlah penduduk yang lima kali lipat jumlah penduduk Indonesia, pemerintah India mampu mengelola penduduknya untuk saling bekerjasama memajukan negara dan bangsa.

Apa rahasianya? Pendidikan. Pendidikan adalah hak semua orang, karena pendidikan adalah sumber ilmu, dan setiap orang berhak mendapatkan ilmu.

Dengan pendidikan kita bisa menciptakan karya atau inovasi baru. Pendidikan tidak harus formal, bisa juga memberikan pelatihan-pelatihan ketarmpilan secara intensive. Tuhan sudah memberi Indonesia banyak modal berupa kondisi alam yang subur dan jumlah penduduk yang banyak. Giliran manusianya yang "melanjutkan" pemberian Tuhan.

Sampai kapan kita akan terus impor sembako dari negara lain? Kenapa pemerintah tidak fokus terhadap pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang banyak berpotensial ini? Sebenarnya banyak penelitian yang bisa kita pakai. Teknologi sudah jauh berkembang pesat. Orang sudah mulai pada melek ilmu dan teknologi. Lalu, apa yang kurang dari semua yang ada ini? Dan kenapa masih saja impor?

Sebetulnya, saat pemerintah memutuskan untuk impor, apakah itu sebuah solusi atau kolusi demi kepentingan pribadi? Tolong hati-hati dalam mengambil kebijakan. Karena kepentingan satu pihak, jutaan orang mengalami kesulitan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun