Mohon tunggu...
Sulistyowati Bambang
Sulistyowati Bambang Mohon Tunggu... -

Ibu 4 orang anak, Nenek 2 Orang Cucu Pekerja sosial dibidang kesehatan 28 tahun

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gue Gendut Kenapa Elu Pusing

13 Januari 2011   06:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:38 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kalau bentuk tubuh saya ini besar, lebar, gendut dan gembrot, semua itu bukan karena kehendak saya. Betapa inginnya saya memiliki tubuh yang kurus dan langsing seperti peragawati, tapi sulitnya minta ampun, dan yang lebih sial lagi setiap keinginan menjadi langsing itu menggebu-gebu maka bisa diramalkan pasti akan jatuh sakit. Dan setelah usaha keras yang menguras banyak duit itu tidak berhasil maka yang ada hanyalah terkapar di rumah sakit, setelah itu tak berapa lama kemudian ya balik tuh gen dut menguasai kehidupanku. Kalau mengingat betapa tidak enaknya sakit karena kepengin kurus, belum lagi pandangan menyalahkan anak-anak yang menvonis mengapa saya ini kurang benget bersyukur padahal begitu banyak kebahagiaan yang sudah DIA berikan, maka yang ada hanya keinginan untuk menjadi sehat itu saja agar bisa mendampingi anak-cucu selama mungkin. Lagian gendut kan bukan penyakit menular mengapa mesti malu, kata anakku biar aku gendut tapi senyumku manis lho dan aku orang yang baik hati. So What kalau aku gendut .... Insyaallah aku sehat.

Sampai saat ini orang gendut memang masih menjadi obyek untuk mencari keuntungan bagi orang-orang yang menganggap orang gendut adalah gudang penyakit. Diskriminasi bentuk tubuh ini memang sebuah penghinaan yang sangat tidak manusiawi dan harus segera diberantas dari Negeri Indonesia yang sama-sama kita cintai. Coba saja kita tengok isi Rumah Sakit, pasien yang tergeletak disana sebagian besar adalah orang yang tubuhnya tidak gendut, kalaupun ada yang sakit karena kegemukkan itu sangatlah sedikit, sebulan belum tentu ada 10 orang.

Setiap kali kita mendengarkan orang bicara tentang kesehatan dan makanan, maka kegendutan akan selalu dipakai alasan untuk mencap sebagai gudang penyakit. Yang ujung-ujungnya kita akan dijejali dengan produk yang katanya sehat dan mampu menyembuhkan segala macam penyakit termasuk gendut. Apa benar bahwa makanan, minuman atau apapun itu yang katanya khasiatnya sangat hebat pasti lebih baik dari ciptaan Tuhan?. Benarkan makanan yang Tuhan sediakan untuk kita itu: ayam, kambing, sapi, susu adalah sumber yang menyebabkan kita menjadi sakit dan harus dimusnahkan dari muka bumi ini?. Dengan alasan agar umur kita menjadi panjang, dan agar bumi menjadi lebih baik keadaannya?.bukankah kita percaya bahwa Umur kita sudah ditentukan oleh Tuhan?. Berusaha untuk menjaga kesehatan dengan makan dan minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan adalah tugas kita sebagai manusia, menjaga kehidupan di bumi agar tetap bersih, aman dan bebas dari segala macam polusi juga menjadi tugas kita para penghuni alam semesta Raya ini nggak perduli kurus atau gendut.

You are what you eat. Sudah pasti kesehatan adalah cerminan dari pola hidup kita sehari-hari, katanya kalau orang jogja-solo biasanya penyakit yang diderita adalah diabetes karena selalu makan manis. Sementara orang Batak adalah darah tinggi karena makanan mereka cenderung asin. Secara alamiah orang yang semakin tua makannya juga akan semakin sedikit, konsumsi daging juga pasti akan berkurang, karena daging hanya akan membuat sliliten di gigi. Begitu pula dengan orang yang cenderung memiliki tekanan darah tinggi akan mengkonsumsi makanan yang bisa mengurangi Tekanan darah tingginya tersebut. Saya gendut makan juga nggak sebanyak orang kurus, kadang sampai harus menahan makan sampai setengah kelaparan... masih gendut juga.

Godaan yang dihadapi manusia jaman sekarang memang jauh lebih hebat, tehnologi pengolahan makanan juga semakin pesat bukan saja dari rasa, penampilan dan harganya yang bersaing sangt ketat. Tinggal kita mampu atau tidak untuk menahan diri menghadapi godaan itu, sering kita jadi kalap makan hanya karena ada diskon 25% sampai 50% dengan bayar pakai kartu kredit tertentu, nah itu namanya berlebih-lebihan. Bagi yang berbakat gemuk ya sudah pasti jadi gendut, tapi kenyataannya tidak semua jadi gendut kan?. Ada yang Tensinya jadi tinggi, kolesterolnya langsung naik, asam uratnya melejit dan kadar gulanya menggila. Dan kalau dipikir orang kurus itu justru makannya lebih banyak dari orang gendut, bukannya yang memenuhi Restoran itu sebagian besar ya orang yang tidak gendut?

Rasanya sangat tidak adil kalau kita menjadi tidak sehat adalah karena salah ayam yang dipelihara dengan sistim peternakkan cepat, atau karena salah susu sapi yang kita rampas dari induk sapi untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari. Atau karena salah sapi dan kambing yang memiliki kadar lemak tinggi. Bukankah Tuhan menciptakan mereka semua untuk kesejahteraan umat manusia. Dan yang lebih gila lagi kita ditakut-takuti dan didorong untuk mengambil keputusan mengganti makanan ciptaan Tuhan itu dengan makanan sintetis ciptaan manusia yang katanya lebih sehat dan rasanya tidak kalah lezat.

Setiap manusia pasti menginginkan kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik dalam hidup ini. Soal apa yang mau dimakan agar kesehatan tetap terjaga dan terhindar dari segala macam penyakit adalah usaha masing-masing manusia dan tidak perlu menjadi pertentangan, selama tidak ada niat lain untuk mencari keuntungan yang bisa menyesatkan. Karena harus diakui kejahatan ekonomi saat ini sudah sangat hebat dengan memakai ilmu marketing yang kadang membuat terlena para pembelinya. Jangan mudah tergoda dan pandai-pandailah memilih dan memilah agar tidak tertipu tanpa menyadarai telah terkecoh.

Jadi bagi yang memiliki tubuh berpostur gendut yang biasanya akan jadi incaran dan sasaran untuk ditawari obat pelangsing, alat kesehatan dan segala macam produk supplement kesehatan saat sedang jalan-jalan di Mall, tidak perlu kekhi dan sakit hati : jawab saja dengan senyum manis " Gue Gendut kenapa elu yang Pusing?".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun