Mohon tunggu...
Yuli Kaniasari
Yuli Kaniasari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ordinary woman

Orang biasa yang haus ilmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Mita...

27 November 2012   13:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:35 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta Mita..

Tik tok tik tok tik tok.....


Yudi memandang jam di dinding yang sedari tadi berbunyi membuyarkan konsentrasinya, sambil memutar-mutar pena dijari tangannya.
Hendra yang bingung melihat sahabatnya galau, lalu mendekati Yudi.
"What's Up brow? Kok kusut banget muka lo?" tanya Hendra.
Yudi menarik nafas dalam "Gue bingung, Ndra! Nyokap gue keukeuh nyuruh gue merit sama anaknya Tante Susi temen nyokap satu kampung" keluh Yudi.
"Terus gimane nasib nya si Mita?" tanya Hendra lagi "Lo ga mikirin perasaannya dia apa"
"Itu dia yang bikin gue keder!" Yudi mematikan komputer yang berada diatas mejanya, "Disatu sisi, gue cinta banget sama Mita, tapi nyokap gue pengen gue nurutin apa katanya" sambung Yudi sambil berjalan keluar ruangan kantor.
"Lo mesti mikirin hidup lo juga kali plend! Lo berhak atas hidup lo seutuhnya" saran Hendra
Kemuadian mereka berdua  bergegas pulang.

*****

Sore itu Yudi berbincang serius bersama Ibunya diteras belakang rumah. Niat untuk menolak keinginan Ibunya surut sudah saat dikatakan bahwa dia adalah harapan satu-satunya untuk bisa mewujudkan impian Tante Susi dan Ibunya.
"Yuud, kamu kok bukannya cepat-cepat ngasih keputusan sama Tante Susi!" pinta Ibu, Yudi menatap mata Ibunya "Bu, Yudi punya pilihan sendiri, cobalah Ibu untuk mengerti Yudi sedikiiiitt saja Bu".
"Oalaahh.. paling-paling perempuan yang naksir kamu itu cuma perempuan matre!" ujar Ibu ketus "Pokoknya Ibu ndak setuju, titik!" lanjut Ibu sambil menyirami tanaman.
"Buu, yang mau nikah itu Yudi, jadi Yudi berhak memilih wanita yang baik menurut Yudi, bukan menurut Ibu!" keluh Yudi dengan suara meninggi. "Pokoknya besok kamu harus menemui Kiki, anaknya Tante Susi!" jawab Ibu dengan suara yang juga meninggi.
Kemudian Ibu masuk meninggalkan Yudi yang sedang kesal tidak kepalang. Fikiran Yudi sudah kacau tidak karuan, dengan menggunakan mobilnya Yudi pergi meninggalkan rumah untuk mencari udara segar, berharap bisa menemukan jalan keluar yang baik untuknya dan untuk Ibunya.

*****

Di sebuah cafe tenda dipojokan jalan tempat Yudi dan teman-temannya nongkrong, nampak Mita sedang menyentuh bibir gelas yang berisi  es teh dengan telunjuknya, sesekali menyeruputnya sedikit demi sedikit sambil asyik dengan ponsel miliknya. Tak lama Yudi datang sambil mengangkat kursi agar bisa duduk lebih dekat dengan Mita.
"Sorry Mit gue telat, lo ga apa-apa kan?" tanya Yudi sedikit khawatir, Mita hanya memandang Yudi dengan sederet pertanyaan dibenaknya "Lo mau ngomong apaan sii? kayaknya serius banget deh?" tanya Mita santai.
Yudi menarik nafas dalam-dalam untuk mengeluarkan beban hatinya yang sedari tadi menyesaki dadanya.
"Mit, kayaknya kita udah ga bisa lagi nerusin hubungan ini" suara Yudi pelan. "Woooww... bentar.. bentar.. lo ga lagi becanda kan?" tanya Mita mulai tegang.
"Gue serius Mit, gue serius" Yudi meyakinkan. "Mungkin ini klise, tapi gue bener-bener mesti ngikutin keinginan nyokap gue supaya gue merit sama anaknya Tante Susi, temen nyokap!"
"Lo cinta sama anak Tante Susi?" tanya Mita dengan suara pelan menandakan sakit yang mulai menusuk-nusuk hatinya.
Yudi terperanjat dengan pertanyaan Mita yang diluar dugaannya.
"Mana bisa gue cinta, ketemu aja belom!" jelas Yudi "Gue ga cinta dia Mit, gue cuma pengen nyokap gue bahagia itu ajaa!"
Yudi berusaha memegang tangan Mita yang berada diatas meja, namun Mita segera melepaskannya lalu beranjak dari tempat duduknya.
"Jangan pernah berfikir untuk bisa membahagiakan semua orang Yud, karena hanya akan membuat kamu terperangkap dalam kegagalan" ucap Mita tegas "Bahagia itu tidak sama persepsinya bagi setiap orang!"
"Tapi bukan begitu niat gue, Mit" Yudi berusaha menjelaskan.
"Jadilah cowok yang memiliki pendirian, JANGAN JADI PENGECUUTT!" Mita berteriak sambil berlalu pergi meninggalkan cafe tenda, dengan setengah berlari Mita berusaha untuk menyeberang, tanpa sadar sebuah mini bis melaju kencang dan menabraknya hingga tersungkur sampai ke trotoar jalan.
"MIIIIITTAAAAAAAAAA........!!!!" Yudi yang berusaha mengejar Mita berlari kemudian merangkul dan memeluk Mita yang sudah berlumuran darah. "TIIIIDDAAAAAKKKK" suara Yudi memecah riuh orang-orang yang sedang mengelilinginya.
Yudi memang mendapatkan keinginannya untuk berpisah dari Mita, berpisah untuk selama-lamanya. Tetapi perpisahan yang membuat Yudi menyesal sepanjang hidupnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun