Mohon tunggu...
Humaniora

Filosofi Rendang

18 Mei 2017   18:22 Diperbarui: 18 Mei 2017   18:27 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mungkin tidak ada orang Minang, baik yang berada di Sumatera Barat maupun yang di luar Sumatera Barat yang tidak bangga dengan sebuah kenyataan bahwa pada tahun 2011 rendang dinobatkan sebagai hidangan peringkat pertama dalam daftar World’s 50 Most Delicious Food (50 Hidangan Terlezat Dunia) yang digelar oleh CNN International.

Sayapun yakin bahwa sebagian orang Minang semakin takzim dan mengagumi keunggulan atau kemampuan nenek moyang kita dahulunya. Untuk urusan mengolah dan menyajikan sumber daya alam khususnya bahan makanan yang terdapat di negeri ini dan disajikan untuk masyarakat banyak, orang Minang termasuk salah satu joharanya. Melihat kenyataan ini, tidak salahnya kiranya bila kita berbincang dan mendalami filosofis rendang yang kita banggakan ini.

Untuk mendapatkan rendang yang paling enak, kita membutuhkan, pertama, juru masak yang andal. Untuk menjadi juru masak yang andal seseorang harus fokus dan serius mendalami keahlian memasak rendang. Bermacam cara dilaksanakan. Setiap waktu, ujicoba resep dilakukan sampai mendapatkan resep yang pas di selera orang banyak dan julukan tukang masak rendang andal melekat kepada orang ini. Jadi usaha keras, mencoba dengan berani, mencari bahan yang cocok untuk rendang dan mendapatkan daging yang bermutu tinggi merupakan upaya yang tidak

boleh diabaikan.

Kedua, rendang merupakan gabungan dari beraneka ragam bahan pangan dan tanaman rempah seperti daging, cabe, kelapa, bawang putih, bawang merah, kunyit, jahe, daun salam, kemiri, pala, kulit manis, dan banyak bahan rempah lainnya yang membangun rendang ini. Hal ini mengingatkan kita bahwa membangun bangsa ini perlu menyatukan potensi agar menjadi kekuatan yang berlipat ganda 

 Selanjutnya, kita juga perlu membangun sinergi semua kemampuan yang dimiliki anak bangsa ini agar menjadi kekuatan baru dan identitas baru yang sesuai dengan tujuan bersama dapat kita raih. Semua bahan pembuat rendang menjadi bintang dan tetap bersinar terang. Setelah rendang masak semua bintang menjelma menjadi komponen utama dalam identitas baru yang bernama rendang. Semua telah melebur menjadi satu rasa dan satu kata, rendang terenak di dunia. 

Ketiga, semua bahan untuk membuat redang merupakan potensi lokal. Tidak ada bahan rendang yang diimpor dari luar negeri., Hal ini merupakan petunjuk yang tegas bahwa kita memiliki kemampuan yang teruji untuk membangun sumber daya alam kita asal tukang masaknya (pemimpin) orang yang hebat. Bila tukang masaknya tidak hebat maka tentulan konsumen (rakyat) yang akan menderita. 

Keempat, kehadiran rendang tidak menghilangkan eksistensi nasi sebagai makanan pokok umumnya manusia. Rendang tanpa nasi akan mengurangi eksistensi rendang. Sebaliknya kehadiran rendang justru meningkatkan nilai jual nasi. Hal ini menjadi pelajaran kita bahwa kehebatan umat manusia sebaiknya mampu menghebatkan manusia lainnya. Jangan sebaliknya justru merusak dan merugikan masyarakat laiinya.

Kelima, nilai tertinggi rendang adalah kepuasan konsumen. Konsumenlah yang menyatakan rendang itu enak atau tidak enak. Keberhasilan tukang masak rendang adalah ketika konsumen puas dengan masakan rendang yang dihidangkan. Bila pemimpin yang telah kita pilih merupakan tukang masak pembangunan maka keberhasilan pemimpin adalah bila rakyat yang dipimpinnya merasakan kepuasan terhadap kebijakan pembangunan yang dibuat pemimpin. Bukanlah pemimpin yang merasa bahwa dia terlah berhasil. Bila pemimpin sendiri yang menyatakan dia berhasil maka inilah yang disebut mangapik daun kunyit.. Pernyataan yang tidak ada nilainya,

Rendang dan Pembangunan Sumatera Barat

Kita membutuhkan tukang masak rendang (pemimpin) yang hebat. Pemimpin dengan kemampuan memasak rendang yang sesuai dengan selera masyarakat. Ciri rendang yang sesuai dengan selera masyarakat antara lain rendang itu mendorong gerakan baru masyarakat untuk mengawinkan rendang dengan nasi, sayur, air putih dan selanjutnya masyarakat mendapatkan energi baru untuk bergerak dalam membangun negeri ini. Jadi bukan mendapatkan  rendang yang menyebabkan masyarakat kenyang dan tidur nyenyak dalam kemalasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun