Aku menoleh cepat.
Di hadapanku, terlihat dengan jelas, seorang anak laki-laki berwajah pucat sedang berdiri di ambang pintu.Â
Matanya melotot, mulutnya terbuka lebar.Â
Tangannya yang bergetar terangkat ke depan, mengacungkan jari telunjuk ke arahku.
Aku menjerit terkejut.
Anak itu berlari keluar ruangan.
Aku tak tahan lagi. Aku harus menyudahi semua ini. Aku ingin tahu apa maksudnya mereka menakut-nakutiku terus seperti ini?
Aku berlari mengejar; mengikuti arah lari anak itu.
Lalu aku melihat mereka.Â
Anak kecil itu  sedang menangis di pelukan ibunya.
Ibunya berkata, "Tidak usah takut, Sayang. Rumah ini kan memang rumah tua. Wajar kalau sesekali mereka terlihat oleh kita."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!