Mohon tunggu...
Beograd Yugoslavia
Beograd Yugoslavia Mohon Tunggu... karyawan swasta -

www.gudangbukukecil.org adalah website dari taman bacaan yang saya usahakan, segera Grand Opening di Bulan Oktober 2012. Follow : @gubuk_dubin \r\nPin BB : 3314A632\r\nMohon support dan doanya :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penunggang Kuda Itu

19 Januari 2011   09:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:24 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12954283841243797422

Pagi hari yang cerah, setelah hujan lebat semalam. Daun-daun pohon sawo kecik yang merunduk karena basah segera saja diserbu sekawanan burung gelatik untuk mandi karena semalam mereka bersembunyi di genteng bangunan istana yang penuh debu. Matahari yang bersinar tanpa terhalang awan, segera mengeringkan bulu abu-abu burung gelatik berparuh merah yang menari-nari di daun dan ranting yang basah dan segera terbang menjauh mencari makan. Bunyi hentakan kuda di tanah berumput berair di pelataran samping istana, menyela suara kicauan burung tekukur di atas gapura utama istana. Seorang pemuda berusia sekitar 22 tahun, berambut tebal sebahu yang tergerai sesekali tertiup angin, memandang langit biru yang cerah.  Setelah memandang lurus ke depan, ia bersiap siap memacu kuda tunggangannya berlari dengan cepat. Menjadi keasyikan tersendiri baginya saat kuda hitam yang ditungganginya berlari pada tanah rumput berair memerciki udara di kiri kanan lintasannya. Kecepatan pacuan kuda sangat dipengaruhi oleh keselarasan dan kekompakan antara kuda dan penunggangnya. Mereka harus menyatu untuk mendapatkan kecepatan tertinggi, latihan dan kebersamaanlah yang menjadi modal kekompakan mereka. Sebagai seorang penunggang kuda, ia harus mengenal kudanya, sedapat mungkin dia juga yang harus "memegang" kudanya sendiri. Sebagai putera seorang raja, adalah hal yang jarang ditemui jika seorang pangeran harus merawat seekor kuda. Biasanya ada asisten tersendiri yang khusus mengurusi kuda seorang pangeran. Tapi hal ini tidak berlaku dengan Pangeran Gaurta. Kecintaannya pada kuda sudah dimulai pada usianya sangat muda. Baginya kuda itu adalah mainan boneka saat dia masih balita. Tiga bulan lagi, ada perlombaan pacuan kuda di negri Nusautara. 12 Negri tetangga di sekitarnya sudah memastikan ikut dalam acara tiga tahunan ini. Negeri Nothing Compare selalu turut serta pada setiap event ini diadakan dan selalu keluar sebagai juara umum.  Tentulah kehadiran dan turut sertanya sang juara bertahan diharapkan oleh banyak orang. Pangeran Gaurta memang penunggang kuda yang berbakat. Tidak hanya dalam hal berpacu saja, pada lomba halang rintangpun belum ada yang bisa menandingi ketangkasannya.  Bagi dia kuda adalah putri jelita yang telah mengikat hatinya. Sebagai kontingen resmi negri Nothing Compare, pemimpin kontingennya langsung dipimpin oleh sang mahapatih Kuta Ragaka. Akan ada sekitar 55 orang yang masuk dalam kontingen ini. Enam orang sebagai atlet penunggang kuda, 15 orang official, 3 orang bendaharawan, 4 orang pejabat negara termasuk sang Mahapatih dan 27 serdadu pengawal pilihan. Selama masa pelatihan Mahapatih langsung mengawasi latihan setiap hari. Apalagi satu atlet diantaranya adalah sang putera mahkota. Dan beban moril sebagai juara bertahan menjadi prestis sendiri yang harus dijaga kwalitas persiapannya. Sekarang Kuda Sembragi sudah membawa Pangeran Gaurta ke lokasi pelatihan. Begitu dilihatnya Pangeran tiba, Mahapatih segera memutus obrolannya dengan dua orang patih dan langsung menemui Pangeran yang masih terengah-engah. "apa khabar Pangeran muda berkuda yang rupawan ? Bagaimana waktu tempuh yang diperlukan kuda Sembragi pagi ini ?" tanya Mahapatih dengan senyum yang memperlihatkan susunan gigi putihnya yang rapih. "aahhh...aahhh" dengan susah payah pangeran ingin segera menjawab, sambil mengatur nafasnya. Keringat sebutir biji jagung mengalir dari alis matanya ke jambangnya yang panjang. "  hahhhh, rasanya hari ini Sembragi melihat hantu yang mengejar dari belakang, atau dia memang menikmati percikan air yang diciptakan kakinya. Entahlah, yang pasti hari ini lebih cepat dari kemarin, semoga sembragi bisa bertahan dengan Endurancenya."jawab sang pangeran sambil turun dari pelananya. Dia menyalami Mahapatih dan dua patih dibelakangnya. Lalu mereka segera memulai pemusatan latihan hari itu. Didahului dengan doa yang dipimpin oleh Sang Mahapatih, mereka berkumpul dalam bentuk lingkaran sambil berpegangan tangan. Angin masih bertiup basah, langit mulai dihiasi awan tipis dan induk burung sudah mulai kembali ke sarang, untuk memberi makan anak-anaknya. kawan, agak susah juga mengarang cer-bung di saat bersamaan dengan kesibukan kantor, tapi inilah tantangannya. Mambuat Negeri impian sendiri hi hi hi .... Terimakasih buat kawan yang masih setia membaca, dan nantikan lanjutannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun