*
:adakah se cangkir kopi untuk ku?
Di sini kopiku teraduk gulita yang mempias, sepanjang derai hujan menjamu malam.
Tirai- tirai hujan membias di jendela menjadi buram. Hingga maya bayang kutangkap, tak mungkin kudekap...
Selayak jiwa hampir mati antara rawa-rawa dan lelah pengusung peti.
Ada hening tak geming, langit tergayut ranting di sana terpahat secuil asa..
Yang tumbuh dari rahim perjuangan
Yang tak mengutuk sedetikpun hiruk murka dunia, bahkan...
Membiarkan mengalir sebagai takdir, dari kasih sayang yang Kuasa..
Masih ada selembar nurani yang terasah melingkar di jari hati....
Suluh jiwa, jika lusuh mendera, tiada lain kepada Nya.....
Takkan se cangkir kopi ku kau tuang tanpa aku berjuang....
Bandung, Medio Juni 16
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H