Aku hanya mampu membait kata
Di bawah pohon yang semakin kehilangan daun
Dideru angin entah dari mana
Menerpa bathin dalam gelombang raga nan rapuh
Di ujung simpul sebuah tali kehidupan nan kusut
Yang tak pernah selesai
Aku sajakkan untuk orang-orangan sawah pengusir burung
Berdiri bagai boneka saksikan banyak peristiwa
Bergetar saat digoyangkan, diam
Kala tak beriak apa-apa!
Aku susun kata ‘ntuk rasa syukur
Atas air yang kuminum, udara yang kuhirup
Walau tak lagi semurni cinta sigadis desa
Di atas puing-puing kebajikan nan tersisa
Selamatku, bagimu para pejuang
Yang akan duduk dan terduduk
Para pengangkat bendera dan pembagi derma
Dan kita yang senantiasa
Membela entah siapa dibela dan untuk apa dibela
Ooo matahari, berubahkah kadar cahaya?
Hingga tak rata bathin terbakar
Dan kita hanya rasakan pedih pilu
Tak tau dimana luka.
Marinteh, Pauh Duo, 12 Maret’14
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H