Terlahir kabut mengawal duka dari rahim senja,
Entah, dimana belantara rasa menimbun lamun
Sedianya fajar mencerah dipangkuan, kala sapamu
diantara ranum senyum.
Namun semu menjamu derai airmata pujangga
dilapis dalam perasaan penghiba,
seharusnya…. belantara ini tiada mencari diri
karena engkau lahir dari nurani,
berdandan tangan-tangan menadah doa,
baik-baik sajalah dikau dipelukan malam
**
Aku lesap jiwa yang kalap,
Tertuding panji-panji kata menghentak tatapan mata
Karang lengang tiada ditungui camar yang lelah,
Sayapnya terburai, teriakan ombak menguak kenang
Luruh satu persatu, jiwanya rapuh,
Nyanyian terbenam cahaya rembulan yang redup
Dalam dekap sunyi. Hening
Tiada berbekas ……………
**
Dago, 7 Februari 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H