Rizal De Loesie
Sungguh engkau bukan tersesat, karena pertemuan tak harus tercatat
Engkau melintas bayangan, sayap malam mengambang lalu jatuh di pelukan.
Tak ada puisi lahir dipaksakan, karena puisi bahasa kalbu tanpa ragu-ragu
Syair mengalir dan rebah di dada pujangga,
Desah napas kata yang rebah, diksi menjadi bening mutiara tanpa guratan
Terpajang semua kisah dalam lembab malam
Redup cahaya nyala dalam dada, riuh senandung tak lagi mampu menahan jerat malam
yang menyulut benih api.
Lalu mimpi mengalirkan anak sungai di bawah syurga.
Dari jemari lentik bidadari luruhlah segala jemu
Kita menjelma laron-laron dan lampu kota yang sepi
**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H