Rizal De Loesie
Aku malas sekolah.
Membosankan  rutinitas, seperti sawah terbentang hijau
Dan tetiba daunnya layu kurang air dan pupuk yang mahal
Hama mencumbui dan hampa-hampa
Aku malas sekolah, hujan deras di petak-petak sawah  mata petani
Yang putus asa.
Karena nakalku bu guru menangis berpuluh tahun di gaji segenggam beras
Dengan ikhlas berhujan-panas.
Dan tiap mimpi digilas regulasi tak jadi-jadi Pegawai Negeri
Aku sudah malas bersajak dan puisi-puisi memuja itu ini,
Bundaku sembunyikan gelisah di pasar, garam yang tak lagi asin
Nyala cabe meredup di tungku-tungku dapur
Ayah lebih suka katanya mereguk kopi tanpa gula
Di dadanya entah apa, memikirkan pindah rumah dari petak ke Lorong
Berkejaran dengan tikus-tikus  berdesir mengusir
Yang kita baca  slogannya sepanjang gang
Aku muak pakai seragam dan rutinitas membahas kurikulum
Dan beban-beban guruku yang tak tahan dari rasa lapar
Aku takut berprestasi, mendapat medali
Dari karya-karya dan penelitianku
Karena untuk harus melalui banyak birokrasi dan uji
Uji emisi, uji layak dan uji hirarki dalam negeri
Hingga karyaku hanya bisa di beli  luar negeri
Sekolah mengajariku karakter tatakrama budaya dan agama
Kehidupan mengajari aku keperihan dan kehampaan
Aku akan sekolah bila senyum guruku renyah, ibuku mengantarkan
Bekal tanpa airmata
Karyaku dikaryakan di bumi nusantara
Dan ayahku tersenyum berdiri di tiang bendera dengan bangga.
Bandung, 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H