Bertabah sebelum rebah.  bukanlah kalah. Jiwa mengalah  "Pelangi setelah Hujan" kata pepatah. Bukanlah kita menjadi latah, lidah biasa salah karena senantiasa basah.
Setangkup awan mengabar hujan. Dia jatuh  dari racikan awan yang tak tegar menahan beban. Hujan itu sendirian temannya banyak. Terkuak terkelubak terkupak tersibak, air menjadikan bumi dalam  airmata yang dihisap, yang dirindukan daun kering untuk berbenah ke dalam tanah.
Apalah bedanya, manusia setengah baya memanjakan asa di ujung senja, Dia hanya pemimpi yang tak tidur. Bukankah semua kesemuan dari kesamaan. Lalu ada cangkir kopi tertatak, cangkirnya retak tiada lagi sempurna walau di bedak.
Pelangi menanti, hanya sekilas cahaya yang menjemukan cinta, karena cinta sesungguhnya milik Nya, Dia yang mampu mendekat atau mendekap dalam hangat kasih Illahi, kasih abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H