Mengutip kata seniorku, seorang pujangga Sumatera Barat, "Untuk bisa menulis harus banyak membaca".
Jadi ingat pernah memberi materi pembinaan guru di suatu Yayasan Pendidikan di Bandung bahwa kebutuhan anak zaman now ada 3 : Karakter, kompetensi dan Literasi.Inipun menyerap kata-kata mantan Mendikbud Anies Baswedan.
Menyinggung Literasi baca, sebagian kita sudah tinggi minat baca, baca WA, baca status. Begitu juga dengan Literasi menulis, menulis status dan sebagainya.
Sedangkan yang kita fokuskan adalah daya baca dan daya tulis kita. Seberapa buku atau referensi yang kita baca, seberapa fiksi yang membawa kita membentuk karakter dan kepribadian. Melatih rasa, karena dalam sastera kita akan menemukan rasa.
Seorang yang suka menulis dengan terus menggali ide dan imajinasinya tidak terbatas ruang dan waktu. Memasalahkan dibeli tidak di beli, di baca tidak di baca itu adalah konsekwensi tersendiri. Suatu kepastian adalah ada kepuasan batiniah, ada kebanggaan yang sulit diguratkan. Cukup desir angin dan seruling Sunda yang menyampaikan.
Tetapi, satu hal yang kita apresiasi adalah gerakan-gerakan remaja dalam komunitas yang terus berkarya dengan kata, banyak novel dan fiksi lain yang ditulis penulis remaja. Tulisan yang sangat mengena dengan dunia mereka.
Penulis hanya sekedar membangun semangat saja kepada kawan-kawan, adik-adik agar gaung Literasi itu tidak mengartikannya lebih sempit, sekedar memajang buku karya orang di pojok baca, membuat pohon literasi dsb.
Terlepas dari baik tidaknya suatu karya, biarlah orang lain memaknai, yang penting ada ruang-ruang imajinasi kita tersalurkan.
Hatur nuhun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H