Kususuri fajar dalam lekuk tubuhmu, sisa wangi parfum infinity tercium di antara desah dingin yang menguapkan segala takjup, kepadamu yang terhampar bak ladang yang belum kutanami dengan  rerumputan kata.
**
Engkau menjelma sebilah pedang yang berkilau, tajammu menusuk sukma dan jantungku yang memompakan gunung-gunung berapi seantaro dunia yang kugenggam, lahar-lahar menggeliat kelaparan mengalir dalam pembuluh nadi. Aku tergamang dalam sesak dunia menyusuri lorong-lorong.
**
Tiada matahari yang menjadikan api, aku yang terbakar legam mendidihkan kata-kata dalam rangkai puisi yang terbait, terburai jua dia dalam jejak-jejak yang kita tandai.
**
Setelah lelah ini rebah, seperti kepasrahan yang menjelma menjadi butir-butir embun, kita telah lumat segala alamat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H