Penghargaan, Penghormatan, Kepercayaan dan Kasih Sayang
(Strategi Keutuhan Hubungan )
Suatu keprihatinan saja melihat rekan-rekan kerja di kantor yang sudah mulai banyak yang bermasalah dengan pasangan suami istri. Bahkan sudah ada rekan di kantor yang telah benar-benar mengakhiri hubungan pernikahan di persidangan. Dan yang dalam masa pengurusan, dalam problema yang berpotensi berpisah juga ada.
Tragis memang, suatu hubungan yang berawal dengan sangat manisnya harus berakhir pula dalam kepahitan, meninggalkan bekas dan beban tidak hanya bagi individu pelakunya tetapi memiliki dampak kepada anak-anak, keluarga kedua belah pihak dan teman sejawat lainnya.
Memang inilah fenomena dalam hidup manusia, ada pertemuan, kematian, perpisahan dan berbagai lika – liku hidup yang harus dijalani. Kita toh kadang pasrah untuk menjalani, kadang berpikir merupakan suatu takdir dari yang mahasa kuasa. Tetapi dibalik itu kita juga harus menyadari bahwa tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum kalau kaum itu sendiri tidak mau merubahnya.
Ya, tentunya kita harus berupaya terus menerus menyirami setiap cinta yang kita miliki agar tidak layu, terus memupuk kasih sayang, dan menyadari bahwa setiap manusia memiliki sisi lemahnya. Karena lemahlah kita dipersatukan untuk saling melengkapi. Dengan kata bijak “Aku tak sempurna, maka engkaulah yang menjadikan Aku sempurna”
Dari rata-rata teman yang bermasalah itu, mudah-mudahan penulis terhindar juga dari masalah ini antara lain :
1.Pasangan suami istri yang tidak bekerja suaminya, ataupun bekerja serabutan.
Wanita dominan menjadi tulang punggung keluarga secara ekonomi, suami bahkan ada yang berperan menggantikan posisi istri bekerja dirumah tangga mulai dari merawat anak, pekerjaan dapur. Wanita lebih dominan mengambil keputusan. Suami merasa ada tekanan dalam bathinnya jika istri tidak bijak tentu akan memicu terjadinya banyak pertengkaran
2.Pasangan yang tidak selevel, memang ini tidak boleh ada. Karena manusia dibumi ini sama derjatnya. Tetapi dalam konteks kehidupan sepertinya masih ada level antara suami dan istri. Yang menjadi problema biasanya apabila istri memiliki kapasitas yang lebih tinggi dari suami. Misalnya pendidikannya, pekerjaan, jabatan bahkan status sosial dan popularitas istri melebihi suami. Istri yang memilki penghasilan lebih tinggi dari suami kadang kala memandang agak rendah apa-apa yang diperoleh suami. Pemberian suami dianggap biasa saja, padahal suami sudah mati-matian bekerja.
Sangat diperlukan kearifan dan saling menghargai, istri memposisikan suami bagaimanapun adalah seorang pemimpin dikeluarganya, seorang Imam yang akan diikutinya. Bukan sebaliknya istri dengan kapasitas lebihnya lebih mendominasi kepemimpinan suami.
3.Istri yang merasa lebih muda, lebih cantik sehingga terkadang memandang suami tak ada apa-apanya. Wanita lebih cenderung membanggakan dirinya dan mengekspos dirinya secara berlebihan dan membatasi sikap suami kepadanya. Bahkan ada pula yang malu berpergian dengan suami sendiri. Istri kadang juga malas melayani kebutuhan bathin suami. Suami sering ditinggal dirumah dengan segala macam beban pikirannya. Dan jangan salahkan suatu saat suami diperhatikan orang lain dan akan menumbuhkan pula benih cinta yang lain. Karena suami memerlukan kasih sayang dan perhatian lho.
4.Suami merasa hidupnya mapan dan penuh dengan dunia glamor, memandang istri lebih rendah. Suami semakin tergiur diluar rumah dan menimbulkan perselingkuhan.
5.Tentu ada pula peran pihak ketiga dalam hubungan suami istri. Baik yang sengaja menggangu hubungan, maupun adanya Cinta Lama Bersemi Kembali di salah satu pasangan. Atau memang ada cinta dan pelabuhan hati terbaru
Dari hal diatas tentunya sangat perlu kita sikapi apa-apa yang harus kita jaga dan pelihara serta pupuk secara terus menerus, agar keutuhan suatu hubungan berumah tangga itu menjadi lebih bermakna dan mendatangkan kenyamanan sampai hanya maut memisahkan.
Pertama kita sadarilah bahwa tidak ada yang sempurna didunia ini, kita memilih pasangan dengan penuh cinta tentunya telah dengan cinta pula menerima segala kekurangannya. Pupuklah dengan kasih sayang dan hargailah semua kelemahan itu. Dan kita ditakdirkan pula untuk melengkapi kekurangan itu dengan kelebihan. Dan sadari kita juga memiliki sisa lemah yang akan tertutup oleh kelebihan pasangan kita.
Kedua, hargailah sekecil apapun perjuangan pasangan kita. Sekecil apapun rezki yang dia peroleh dan persembahkan kepada istrinya dengan ikhlas. Itu merupakan pembuktian besar cintanya dan dia telah berupaya. Ingat rezki adalah pemberian tuhan.
Ketiga, posisikan diri masing-masing dirumah sebagaimana seharusnya. Suami sebagai suami, pimpinan keluarga. Istri sebagai Ibu rumah tangga. Dan jangan bawa-bawa kewibaan dan jabatan di kantor kerumah.
Keempat, lepaskan segala beban dan curhatlah dengan keterbukaan. Carilah solusi setiap masalah bersama. Sapalah dengan kelembutan setiap adanya salah langkah, ada kekeliruan sehingga tidak menimbulkan konflik berkepanjangan
Kelima, Suami maupun istri teruslah menjaga cintanya, menjaga hatinya masing-masing. Pupuk terus rasa kasih sayang dan rindu itu. Berilah kepercayaan, keyakinan. Mudah-mudahan diantara kita selalu terjalin hubungan yang mesra, damai dan nyaman dalam berumah tangga.
Akhirkata, semoga kita selalu diberi kekuatan oleh tuhan untuk menjaga keutuhan rumah tangga kita. Semoga tuhan selalu memberi petunjuk dan jalan yang ridho sehingga kita hanya dipisahkan oleh maut, bukan oleh pengadilan Agama. Trim’s
Solok Selatan, Mei 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H