Mohon tunggu...
Yudye
Yudye Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Menuju tak terbatas dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sesuap Nasi

20 Juni 2024   11:17 Diperbarui: 20 Juni 2024   11:48 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengemis(Gambar oleh Aamir Mohd Khan dari Pixabay) 

Di sudut kota yang terlupakan
Terbaring seorang peminta
Dalam keheningan malam yang kelam
Menanti sesuap nasi sebagai jawaban

Dahulu, ia terlahir dalam kehangatan
Namun kini, ia tenggelam dalam kesepian
Setiap langkahnya terhenti
Oleh beban hidup yang tak berujung

Matahari terbenam tanpa belas kasihan
Menyisakan malam yang dingin
Dalam pelukannya yang gelap
Ia berharap pada sesuap nasi yang tiada pasti

Rasa lapar yang menggigit perutnya
Menjadi pengingat akan kehinaan
Dalam kota yang penuh dengan gemerlap
Ia terdampar, tanpa harapan

Namun, di antara bayang-bayang kegelapan
Ada sinar kecil yang bersinar
Dari seorang yang berbagi sedikit nasi
Menyentuh hatinya yang beku

Sesuap nasi, bukan hanya makanan
Tapi sinar kebaikan dalam kegelapan
Menyentuh jiwa yang terluka
Dan menghidupkan kembali harapan yang pudar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun