Mohon tunggu...
Yudo Nugroho
Yudo Nugroho Mohon Tunggu... -

Lingsir wengi lover

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mari Berbagi, Mari Menikmati

2 Maret 2012   03:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:39 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mari Berbagi, Mari menikmati

Yudo Nugroho.

direview dari “tragedy of commons” karya Garet Hardin.

Siapa yang bisa memiliki alam? laut, sungai, daratan, udara, dan makluk didalamnya? Organisasi, perusahaan, sekumpulan orang, atau individu? Tidak ada yang bisa mengklaim bahwa alam miliknya. Karena alam adalah milik bersama, dijaga bersama, dan sumber daya yang berada di dalamnya untuk kepentingan bersama juga.

Bagaimana jika ada pihak yang memiliki sebidang lahan yang cukup luas, dan ia mengeksploitasi lahan itu untuk keuntungannya sendiri? apakah individu lain juga akan mempunyai keuntungan yang sama dengan si pemilik lahan? Tentu tidak. Pada intinya setiap manusia ingin mengambil apa yang ada dari alam untuk mempertahankan hidup. Akan tetapi tidak berhenti disitu saja, tujuan selanjutnya adalah memperkaya diri. Sebagai contoh, Parman mempunyai usaha rental mobil. Awal mula Parman hanya mempunyai dua mobil untuk ia rentalkan, dari waktu ke waktu usahanya laris manis. Parman berniat menambah 5 unit mobil untuk usahanya, akan tetapi garasi Parman tidak cukup untuk 5 mobil tambahan. Parman berniat membeli sebidang kebun milik tetangganya untuk ia jadikan garasi. Kebun pun terbeli dan ia bangun untuk garasi kelima mobil barunya. Usaha Parman pun semakin meningkat dengan keuntungan yang berlipat pula. Dari cerita diatas bisa dilihat bahwa seorang Parman bisa memiliki sebuah lahan bahkan membeli lahan yang telah dimiliki oleh orang lain untuk keuntunganya sendiri. tindakan yang dilakukan oleh Parman ini merupakan tindakan yang merugikan orang lain, karena sumber daya hendaknya digunakan untuk kepentingan bersama bukan untuk kepentingan sendiri.

Manusia mempunyai keinginan untuk mengambil apa yang alam sajikan atau yang dikandungnya. Kebutuhan manusia dari setiap jaman selalu bertambah maka dari itu manusia mencari apa yang ia butuhkan, dan sekali lagi alam memberikan apa yang manusia butuhkan, sekalipun kebutuhan untuk menguntungkan diri sendiri tanpa berbagi dengan manusia lain. Ketika individu, atau organisasi mengeksploitasi lahan secara terus menurus yang pada akhirnya sumber daya yang ada dilahan itu pun akan habis, dan akan merugikan manusia lain. Sumber daya yang seharusnya digunakan bersama, malah dipakai dan dihabiskan untuk kepentingan pribadi.Tragedi lumpur Lapindo dapat menggambarkan apa yang telah di jelaskan diatas. Lapindo sebagai sebuah perusahaan, mengambil sumber daya di perut bumi. Lapindo mengambil sumber daya untuk sebuah keuntungan dan celakanya sumur gas yang dibuat malah membuat sebuah kerugian yang besar bagi Lapindo sendiri dan kerugian untuk masyarakat di sekitarnya.

Kepemilikan dianggap sebagai salah satu bentuk yang mencederai kepemilikan bersama. Individu, kelompok, organisasi, atau perusahaan mengakuisisi sumber daya yang nantinya sumber daya tersebut akan dimanfaatkan untung keuntungan mereka sendiri. sebagai contoh, privatiasasi sebidang lahan untuk mendirikan sebuah rumah sakit. Permasalahan tidak hanya hilangnya sumber daya, atau hak kebebasan memiliki tetapi juga limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit, yang mana merugikan manusia lain disekitarnya. Sedangkan keuntungan yang didapat rumah sakit tidak akan dibagikan kepada masyarakat sekitarnya. Inilah sebagian permasalahan yang timbul dari privatisasi.

Kepemilikan tidak selalu dapat disalahkan. Negara memprivatisasi sumber daya yang menyangkut hajat hidup orang banyak guna menghindari organisasi atau individu yang ingin mencari keuntungan dari sumber daya tersebut. Contoh sederhananya, taman kota. Pihak berwenang membuat taman kota agar masyarakat bisa menikmati bersama tanpa ada larangan dari pihak manapun. Tentunya kebebasan untuk menikmati taman kota juga dibarengi dengan kesadaran untuk saling menjaga bersama taman kota tersebut. Jika tidak, maka setiap individu bebas melakukan apa saja di taman kota itu dan nantinya akan merugikan manusia lain yang juga menggunakan taman kota itu. Privatisasi hutan juga mempunyai tujuan yang baik pula. Hutan yang tidak di privatisasi akan dimanfaatkan oleh manusia untuk diambil sumber dayanya guna kepentingan pribadi dan berakibat pada kerusakan hutan itu sendiri. Pihak berwenang setempat dan masyarakat mempunyai tanggung jawab yang sama yaitu menjaga dan merawat untuk keuntungan bersama.

Tragedi Kepemilikan tidak hanya di daratan, tetapi juga di laut bahkan di udara sekalipun. Daratan, laut, dan udara memang diciptakan untuk digunakan bersama. Semakin berkembangnya jumlah manusia, manusia berlomba untuk mengambil sebanyak-banyaknya sumber daya yang ada. Contohnya, Untuk memaksimalakan tangkapan ikan, manusia mengembangkan alat penangkap ikan yang dapat menangkap ikan sebanyak-banyaknya dan dengan cepat pula. Memaksimalkan jumlah tangkapan ikan berarti mengurangi jatah ikan untuk manusia lainnya. Yang seharusnya setiap orang dapat mengkonsumsi dua ikan menjadi satu ikan bahkan tidak bisa mengkonsumsi ikan lagi. Konsumsi akan sumber daya yang tidak terkontrol mengakibatkan berkurangnya bahkan kepunahan dari sumber daya. Mengambil sumber daya bukan hanya mengurangi atau menghilangkan tetapi juga meperparah kerusakan yang sudah ada.

Polusi dan populasi merupakan bagian dari tragedi kepemilikan. Polusi dan populasi saling menjadi penyebab dikeduanya. Populasi melahirkan polusi dan polusi akan berpengaruh terhadup populasi. Meningkatnya populasi manusia akan menambah limbah yang dihasilkan oleh manusia. Bertambahnya jumlah manusia tidak berbanding lurus dengan bertambahnya sumber daya alam yang ada di bumi ini. Jumlah manusia terus bertambah tetapi lahan pertanian tidak bertambah namun faktanya ironis, lahan pertanian dialih fungsikan sebagai lahan perumahan, jalan raya, dan kebutuhan manusia lainnya. Polusi dapat merugikan populasi. Limbah kimia, gas buang, timbal dan limbah lainya akan menimbulkan permasalah yang mengganggu kesehatan manusia yang nantinya akan merugikan populasi itu sendiri.

Pihak berwenang mencoba mengendalikan populasi yang terus bertambah dengan berbagai program, salah satunya program keluarga berencana (KB). Setiap pasangan suami istri di himbau untuk mempunyai dua anak. Pemasangan alat untuk emncegah kehamilan pun digunakan sebagai bagian dari program KB ini. Namun program ini pun dilematis, hak untuk bereproduksi merupakan hak bagi setiap manusia yang nantinya hak manusia akan tercederai oleh program ini. orang tua yang peka akan tragedi kepemilikan tentu akan berfikir jumlah anak yang mereka inginkan. Sedangkan orang tua yang tidak peka akan menyengsarakan anak-anaknya, karena anak-anaknya akan mendapatkan sumber daya yang kurang nantinya. Mengurangi kelahiran akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan penjelasan tentang alasan mengapa harus dilakukan pengurangn populasi. Masyarakat perlu disadarkan dengan keadaan yang sedang terjadi. Kesadaran akan keterbatasan sumber daya akan menjadi cambuk kuat bagi orang tua dalam merencanakan kelahiran. Kesedaraan inilah akan membantu alam untuk terus berjalan bersama dengan alam.

Kebebasan dalam memanfaatkan sumber daya akan melahirkan sebuah permasalahan. Ketika populasi relatif sedikit memang belum terasa, akan tetapi ketika populasi meluap maka permasalahanakan terasa. jaman dahulu orang membangun rumah dengan memotong kayu dari hutan, tetapi pada waktu sekarang tidak mungkin dilakukan lagi. Ketersediaan sumber daya jaman dahulu dan sekarang tentunya berbeda. Kebebasan yang bertanggung jawablah yang dibutuhkan untuk tetap menjaga kelastarian sumber daya.

Tragedi kepemilikan tidak dapat diselesaikan dengan cara teknis. Namun bukan berarti tragedi kepemilikan tidak mempunyai jalan keluar. Kuncinya adalah moral dan hati nurani. Apakah hati nurani manusia selama ini tumpul sehingga Terjadi tragedi kepemilikan? Ataukah hati nurani tidak dipakai? Belum ada penjelasan yang pasti tentang semua pertanyaan ini, akan tetapisemua permasalahan dikembalikan kepada hati nurani dari setiap individu. Jika memang hati nurani sudah tumpul, mari diasah lagi. Hati nurani menciptakan sebuah Kesadaran dan tanggung jawab untuk mengelola, menikmati dan menjaga bersama. Tentunya akan indah jika setiap manusia dapat mendapat jatah yang adil dari setiap sumber daya. Ketamakan dan keegoisan hanya akan menghancurkan manusia dan alam. kesadaran akan keterbatasan sumber daya menumbuhkan kearifan dalam menggunakan sumber daya yang ada. Pepatah lama menyatakan “alam merupakan titipan anak cucu kita”, hal ini merupakan wujud dari hati nurani manusia untuk melestarikan alam dan dengan hati nurani serta tindakan yang bijak dalam mengelola semua sumber yang ada. Ketika hati nurani digunakan, timbulah toleransi. Toleransi dengan manusia lainnya dalam memanfaatkan alam. saling berbagi dengan manusia lain akan membantu melestarikan sumber daya. Kesadaran akan berbagiyang lahir dari hati nurani dapat membantu mengurangi permasalahandari tragedi kepemilikan yang telah lama terjadi dan masih terjadi sampai sekarang. Menurut Hardin, hati nurani bukanlah jalan keluar, karena orang yang memakai hati nurani tidak bisa di ukur. Maka dari itu Hardin memberikan jalan keluar yang berupa mutual agrement atau kesepakatan bersama.

Peraturan merupakan salah satu produk dari mutual agrement atas tragedi kepemilikan bersama ini. peraturan melahirkan paksaan dan larangan. Peraturan bertujuan untuk mengatur manusia dalam berperilaku, dalam hal ini adalah memanfaatkan sumber daya. Membuat larangan tentang menebang pohon secara ilegal dapat membantu populasi dari pohon yang ada. Peraturan menjadi sebuah pagar bagi manusia yang dimana peraturan tersebut bersifat memaksa. Peraturan membatasi semua kegiatan pemanfaatan sumber daya maupun privatisasi yang dilakukan oleh manusia.

Sistem perpajakan juga menjadi pengendali kepemilikan pribadi. Pajak yang diambil dari keuntungan individu maupun bedan usaha akan menjadi pemasukan bagi negara, dimana pajak nantinya akan digunakan untuk kesejahteraan masyarakat. Lahan parkir kendaraan juga melahirkan tragedi kepemilikan bersama, maka dari itu dibuatlah mesin parkir yang diterapkan di negara-negara barat. Mesin parkir dibuat agar individu mengganti lahan yang telah ia gunakan untuk memarkir mobilnya. Mesin parkir juga mengatur waktu parkir mobil, jika melanggar parkir maka akan dikenakan denda. Lahan parkir juga merupakan kepemilikan bersama, setiap orang berhak menggunakan lahan parkir untuk memarkir mobilnya. regulasi terlihat menguntungkan pihak yang mempunyai sumber daya yang besar. Pajak menjadi jalan yang mudah untuk medapatkan keuntungan dari sumber daya. Hal ini memang dilematis.

Penghematan akan pemanfaatan sumber daya merupakan salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang ada. Menggunakan sumber daya seperlunya dan secukupnya. Mematikan listrik yang tidak perlu, menyiram tanaman dengan air hujan merupakan tindakan sederhana dari penghematan sumber daya yang ada. Kesederhanaan dapat mendukung penghematan. Menangkap ikan hiu hanya diambil siripnya dan membuang tubuh ikan hiu merupakan tindakan yang jauh dari kesederhanaan dan penghematan.Apakah lima puluh tahun lagi akan ada ikan hiu sebanyak sekarang? Tentu tidak, karena sumber daya terbatas. penghematan dapat diciptakan dengan paksaan. Ketika sumber daya menipis maka manusia dihadapakan dengan satu jalan, yaitu penghematan. Ketiadaan pilihan merupakan paksaan untuk melakukan apa yang telah ada.

Tragedi kepemilikan bersama ini merupakan permasalahan yang dapat diselasaikan dengan hati nurani. Kesadaran akan pentingnya menjaga alam dengan sumber daya yang dikandungnya menjadi titik penting dalam menyelesaikan tragedi kepemilikan. Rakus, tamak dan egois hanya akan mengahcurkan dirinya, manusia lain dan tentunya alam yang menjadi tempat bernaung bagi manusia. Hati yang peka, tindakan yang bijak dan arif adalah tindakan untuk menyatukan manusia dengan alam. manusia harus bisa berkomunikasi dengan alam, karena sang pencipta memberikan tanda melalui alam. jika memang upaya yang dilakukan manusia belum dapat menyeimbangkan alam maka alam akan menyeimbangkan dengan cara yang bijak yaitu seleksi alam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun