Mohon tunggu...
Yudi Zulfahri
Yudi Zulfahri Mohon Tunggu... Dosen - Direktur Eksekutif Jalin Perdamaian

Master Kajian Ketahanan Nasional, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Misteri di Balik Penerimaan Mahasiswa Baru Program Doktor S3 Unhan

30 Mei 2020   22:38 Diperbarui: 31 Mei 2020   08:14 7817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 2020 ini saya mencoba peruntungan dengan mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru Program Doktor S3 di Universitas Pertahanan. Secara keseluruhan, ada kurang lebih 150-an peserta yang mengikuti seleksi pada tahun ini untuk memperebutkan kuota penerimaan sejumlah 20 mahasiswa.  

Pada seleksi tahap pertama yang dilaksanakan pada tanggal 14-15 Mei 2020, ada dua rangkaian tes online yang harus kami ikuti. Pertama, Tes Potensi Akademik (TPA) yang dilaksanakan pada tanggal 14 Mei. Kedua, Tes Kemampuan Bahasa Inggris (TKBI) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Test TOEFL yang dilaksanakan pada tanggal 15 Mei.

Sebelum kedua tes tersebut dilaksanakan, ada salah seorang peserta yang berinisiatif untuk membuat Grup Telegram yang berisi seluruh peserta seleksi penerimaan. Grup Telegram ini dimaksudkan sebagai wadah komunikasi dan penyampaian informasi diantara sesama peserta. 

Selanjutnya pada tanggal 27 Mei, ada salah seorang peserta yang mengumumkan bahwa hasil tes TPA dan TOEFL sudah keluar. Saya pun buru-buru membuka lembaran file pengumuman berformat PDF yang dibagikan di Grup Telegram tersebut. Hasilnya cukup memuaskan, karena nama saya tertera diantara para peserta yang diumumkan lolos dan diminta untuk segera mempersiapkan diri guna menghadapi tes selanjutnya pada tanggal 3 Juni, yaitu Tes Psikologi.

dokpri
dokpri
Namun tidak lama berselang, ada salah seorang peserta yang menemukan kejanggalan dari hasil pengumuman tersebut. Kejanggalan tersebut yaitu nomor registrasi dan nama-nama yang dinyatakan lolos ternyata tidak sinkron.

Ada sebagian pihak yang merasa sangat dirugikan karena nomor registrasinya dinyatakan lolos, tapi berisikan nama orang lain. Ada juga sebagian yang lolos, namun nomor registrasinya sudah berubah dan dipakai oleh peserta lain yang juga sama-sama lolos. 

Kejanggalan semakin menjadi-jadi karena pengumuman yang sebelumnya ditempel di website resmi UNHAN mendadak hilang. 

dokpri
dokpri
Setelah dilakukan kroscek secara menyeluruh oleh salah seorang peserta, ternyata seluruh nama yang dinyatakan lolos mengalami perubahan nomor registrasi, termasuk diantaranya saya sendiri. Grup Telegram kami pun mulai ricuh. Ada yang menganggap ini adalah permainan, KKN, bahkan ada yang langsung berniat melaporkan kejadian ini kepada Ombudsman. 

dok. pribadi
dok. pribadi
Awalnya saya menganggap ini hanyalah masalah human error. Tapi setelah mencari-cari informasi lebih jauh, saya juga mendapatkan masukan bahwa sistem rekrutmen di UNHAN memang membedakan nomor registrasi dari tiap-tiap tes, walaupun hal ini dibantah oleh peserta yang pernah mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa S2 di tahun sebelumnya. Sebagian peserta sudah terang-terangan menyatakan kekecewaannya dan menganggap ini semua adalah permainan.

Lalu pada tanggal 30 Mei, salah seorang pegawai UNHAN memberitahukan bahwa pengumuman hasil tes yang terbaru sudah keluar. Kami semua diminta untuk melihat ke website resmi UNHAN.

Ketika saya mengunduh dan membuka file pengumuman tersebut, SIMSALABIM, nama saya menjadi hilang dari daftar peserta lolos yang tertera di dalam SK Kedua tersebut, dengan nomor dan tanggal surat yang sudah berubah pula.

sk-unhan-2-5ed26e4ad541df4a9a601b52.png
sk-unhan-2-5ed26e4ad541df4a9a601b52.png
Jika benar-benar diperhatikan dari segi warna, ada perbedaan mencolok dari kedua SK tersebut. SK Pertama terlihat dengan jelas merupakan hasil SCAN dari adanya perbedaan warna dasar file yang berwarna  putih bersih dengan warna dasar kertas SK yang agak keabu-abuan. Adapun SK Kedua terlihat berwarna putih bersih sehingga disinyalir merupakan hasil konversi langsung dari file Ms. Word ke PDF.

Tetapi saya tidak sendirian bernasib seperti ini. Ada beberapa peserta lainnya yang bernasib serupa, bahkan lebih mengenaskan lagi karena nama dan nomor registrasinya yang tertera pada SK Pertama, kini menjadi hilang keduanya.

Dokpri
Dokpri
Awalnya saya sudah merelakan hal ini. Walaupun sedikit kecewa, saya mencoba berbesar hati, bahwa saya memang belum cukup layak untuk melanjutkan studi S3 di UNHAN dan mendapatkan fasilitas full beasiswa dari Kementerian Pertahanan.

Akan tetapi kemudian otak intelijen saya mulai bekerja, bahwa permasalahan ini  tidaklah sederhana. Alasannya, karena kedua pengumuman yang berbeda tersebut menggunakan kop surat, stempel, dan tanda tangan basah dari Rektro UNHAN, lengkap dengan nomor dan tanggal surat.

UNHAN merupakan perguruan tinggi negeri yang langsung berada di bawah Kementerian Pertahanan. Bagaimana mungkin seorang rektor mengeluarkan dua buah SK yang berbeda untuk hal yang sama hanya dalam waktu 3 hari tanpa ada penjelasan apapun terkait hal itu. 

Saya melihat setidaknya ada beberapa kemungkinan disini :

  1. Rektor UNHAN mengetahui permasalahan ini dan memang membuat dua SK yang berbeda. Jika memang seperti ini, maka Rektor UNHAN wajib menjelaskan kepada publik alasan dibalik keputusan yang (maaf) plin-plan seperti ini. 
  2. Rektor UNHAN tidak mengetahui kejadian ini, sehingga terindikasi ada pemalsuan dokumen SK Rektor UNHAN yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Jika seperti ini, maka Rektor UNHAN wajib mengusut tuntas karena permasalahan ini sudah masuk ke dalam ranah pidana berupa pemalsuan dokumen resmi negara.
  3. Terjadinya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam proses seleksi penerimaan mahasiswa baru Program S3 UNHAN pada tahun ini. 

Pada saat tulisan ini dibuat, di website resmi UNHAN tertera maklumat bahwa hasil keputusan panitia penerimaan mahasiswa baru bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

Dokpri
Dokpri
Maka dalam hal ini saya ingin menegaskan : Bahwa saya sebagai salah seorang peserta seleksi penerimaan mahasiswa baru Program Doktor S3 UNHAN TA.2020/2021 sama sekali tidak akan mengganggu gugat hasil pengumuman yang sudah dikeluarkan. 

Namun saya sebagai salah seorang Warga Negara Indonesia, meminta kepada Menteri Pertahanan Bapak Prabowo Subianto, dan Rektor UNHAN, DR. Amarulla Octavian, M.Sc, untuk mengusut tuntas permasalahan ini dan menjelaskan kepada masyarakat Indonesia dengan sejelas-jelasnya terkait berbagai kejanggalan dalam proses seleksi penerimaan mahasiswa baru Program Doktor S3 UNHAN sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik. 

Hal ini sekaligus untuk memperbaiki kepercayaan masyarakat kepada UNHAN sebagai salah satu perguruan tinggi negeri ternama yang selama ini mengkampanyekan diri sebagai Kampus Bela Negara dengan motto : IDENTITAS, NASIONALISME, INTEGRITAS. 

Juga tentunya kepercayaan terhadap Kementerian Pertahanan di bawah pimpinan Bapak Prabowo Subianto yang selama ini selalu menyerukan agar bangsa kita menjadi bangsa yang berdaulat. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun