Dalam kehidupan kita sehari-hari tentunya tidak dapat luput dari yang namanya media massa. Dulu dan sekarang, media massa mengalami banyak perkembangan yang sangat pesat. Kali ini, penulis akan membahas mengenai masa depan dari jurnalisme.
Dunia jurnalistik tentu tidak dapat lepas dari yang namanya pengumpulan berita, pelaporan berita, dan penyebaran berita. 3 hal tersebut tidak pernah lepas dari dunia jurnalistik dulu hingga sekarang ini. Jurnalisme masa lampau dan jurnalisme masa depan terdapat perbedaan yang dilihat dari 3 hal tersebut.
Pembeda jurnalisme masa lampau hingga jurnalisme masa depan adalah:
- Jurnalisme Masa Lampau
Dalam hal pengumpulan berita, pelaporan berita, dan penyebaran berita, jurnalisme masa lampau dikuasai oleh ruang berita itu sendiri dan komunikasi yang tercipta adalah komunikasi 1 arah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa media massa atau jurnalisme pada saat itu hanya bersifat satu arah. Jadi media masih memiliki kuasa penuh dalam membentuk opini publik atau mempengaruhi masyarakat luas atas suatu informasi tertentu.
- Jurnalisme Masa Kini
Jurnalisme saat ini dipisahkan atau dibedakan oleh internet dan non intenet. Internet menjadi suatu kendala untuk jurnalisme lama karena dengan adanya internet memungkinkan jurnalisme lama semakin tidak diminati lagi oleh para pembacanya. Komunikasi yang tercipta saat ini tidak komunikasi 1 arah saja melainkan komunikasi 2 arah. Komunikasi 2 arah di sini dapat diartikan bahwa adanya hubungan komunikasi timbal balik antara media dengan khalayaknya. Selain itu, media sudah tidak memiliki kuasa penuh dalam mempengaruhi masyarakat luas atas suatu informasi tertentu. Khalayak luas atau masyarakat luas juga sudah mendapat hak suaranya dalam media apapun itu.
- Jurnalisme Masa Depan
Jurnalisme masa depan adalah bagaimana wartawan masyarakat luas menjadi satu dan media menjadi saluran untuk menyampaikan berbagai informasi yang mereka dapatkan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa media hanya menjadi pelengkap masyarakat luas dalam menyampaikan informasi yang didapat.
Pada masa lampau, jurnalisme masih menerapkan teori jarum suntik. Teori jarum suntik di sini adalah di mana khalayak bersikap pasif terhadap suatu informasi. Segala sesuatu bentuk informasi yang diberitakan oleh media, diterima mentah-mentah oleh khalayak tanpa mengecek informasi tersebut benar atau tidak. Masyarakat luas di masa lampau sangat mudah digiring opininya oleh media. Masyarakat luas pada saat itu juga tidak memiliki kuasa dalam hal informasi yang ada di media. Hal ini dijelaskan bahwa media pada saat itu dikuasai oleh pemerintah dan segala bentuk macam informasi yang disiarkan juga atas dasar ijin dari pemerintah. Masyarakat tidak dapat ikut campur dalam hal urusan media saat itu. Media pada masa lampau hanya menjadi penyalur informasi saja (Ishawara, Luwi. 2005).
Sedangkan, di masa sekarang ini, teori jarum suntik sudah jarang ditemukan. Masyarakat luas sekarang ini lebih cerdas dalam memilih suatu informasi. Selain itu, masyarakat sudah dapat campur tangan dalam urusan media. Komunikasi yang terjalin juga sudah 2 arah. Masyarakat dapat mengkritik dan memberikan saran terhadap media. Masyarakat sekarang ini juga tidak mudah dibentuk opininya atas berdasarkan suatu media. Komunikasi yang terbentuk 2 arah juga dapat dilihat dari media sekarang menyediakan kolom komentar, atau menyediakan tempat khusus untuk masyarakat yang ingin menyampaikan opini mereka dan saran mereka. Media sekarang ini tidak hanya menjadi penyalur informasi saja melainkan juga menjadi fasilitator, penyaring, dan pemberi makna dari informasi (Ishwara, Luwi. 2005). Media saat ini bertugas untuk membawa khalayak masuk dalam dunia makna yang lebih luas dan tidak terbatas pada waktu, dan tempat kejadian peristiwa.
Lalu, bagaimana dengan jurnalisme di masa yang akan datang besok?
Seperti yang dikatakan oleh Luwi Ishwara (2005), “dalam jurnalisme, janganlah kita menerima segala sesuatu begitu saja seperti apa adanya dan menganggap semua itu benar. Gugatlah! Skeptislah!..” Kutipan tersebut menggambarkan jurnalisme di masa depan nantinya.
Jurnalisme di masa depan tentunya sudah sangat berbeda dengan jurnalisme pada masa lampau. Masyarakat yang dulunya pasif sekarang sudah menjadi aktif. Masyarakat akan menjadi komentator dengan cara mengawasi media dan membuat berita. Hal ini dapat dikatakan masyarakat sebagai watchdog (anjing penjaga) dan pembuat berita sekaligus. Hal ini dapat dikatakan bahwa masyarakat sekaligus penulis berita mengawasi jalannya pemerintahan untuk membela kaum yang lemah. Mengawasi di sini adalah mengawasi segala kebijakan pemerintah apakah sudah terlaksana dengan baik atau tidak. Selain itu, jurnalisme masa depan ini mengubah arti dari press yang dulunya hanya cetak melainkan media semuanya dapat dikatakan sebagai pers.