Mohon tunggu...
Yudith Fitri Dewanty
Yudith Fitri Dewanty Mohon Tunggu... Penegak Hukum - back then

Seorang mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang anti-mainstream. Saat mahasiswa lain seumuran saya berkeliaran di pusat perbelanjaan atau menggalaukan dunia percintaanya, saya sibuk mengamati dunia politik dan mengomentari para penguasa negeri ini. Tapi tenang saja, saya tidak suka berdemo, apalagi anarki.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Makan Siang ala Anak Kos di Kota Solo

23 September 2013   16:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:30 4131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Universitas Sebelas Maret Surakarta atau singkatnya sering disebut UNS Solo merupakan salah satu Universitas Negeri yang terbilang masih "muda" di Indonesia. Tahun 2013 ini UNS baru memasuki usia ke 37, namun kiprahnya sudah sangat membanggakan. Tak heran, banyak mahasiswa dari luar daerah yang memilih UNS sebagai tempat meraih gelar sarjana, termasuk saya. Nah, sama dengan universitas-universitas lainya, apabila ada mahasiswa luar daerah menuntut ilmu tentulah dibutuhkan tempat tinggal sementara yang lebih dikenal dengan sebutan indekos atau kos sederhananya. Di lingkungan UNS Kampus Utama Kentingan sendiri, kawasan kos terintegrasi (integrasi yang dimaksud bukan kewajiban atau ketersediaan, hanya fakta mayoritas) di kawasan Kentingan, Jebres Tengah. Tepatnya di belakang kampus UNS yang terbagi ke dalam beberapa jalan, yaitu jalan Surya (terdiri dari Jalan Surya Utama, Jalan Surya 1, Jalan Surya 2, Jalan Surya 3, jalan Surya 4 dan Jalan Surya Tenggelam), Jalan Halimun dan Jalan Kabut. Di kawasan ini selain dipenuhi oleh berbagai macam kos, baik kos putra maupun kos putri, juga dipenuhi oleh pilihan makanan dengan harga terjangkau yang sesuai dengan kantong anak kos. Kali ini yang akan saya kupas adalah mengenai pilihan menu makan siang. Setelah memasuki tahun ketiga saya berada di daerah ini, secara pribadi saya terkadang merasa bosan dengan pilihan makanan yang ada dan saya justru merindukan masakan rumah. Tetapi, itu hanya opini pribadi, kebosanan itu relatif, bisa saja hari ini saya bosan dan saat liburan nanti malah merindukan makanan kos. Okay tulisan saya hanya merupakan intermezzo di tengah topik serius, semoga juga bisa jadi ajang refrensi bagi para mahasiswa baru UNS dan menjadi ajang nostalgia bagi para alumni UNS yang sudah meninggalkan kawasan Kentingan tercinta. ------------------------------------------------------------------------------------ Ada banyak sekali pilihan makanan siang ini. Saya dan keempat teman saya lagi-lagi bingung harus makan di mana. Bingung memilih tempat makan seolah sudah menjadi tabiat saya dan teman-teman sehari-hari, entah akrena ini sudah memasuki tahun ketiga kami selalu bersama di kampus, atau memang lidah kami sudah mencapai titik bosan. Seorang teman asal Salatiga, Jawa Tengah bernama Indah Yuliantini menyarankan untuk makan di samping kosnya. Ya, di samping kosnya terdapat warung yang menjual bubur kacang hijau dan ketan hitam atau lebih dikenal dengan akronim unik, burjo. Burjo adalah salah satu alternatif warung yang banyak terdapat di kawasan Kentingan dan di Jalan Ir.Sutami Solo. Walaupun mengusung tagline Burjo, warung-warung ini tak hanya sekedar menjual menu bubur kacang hijau dan ketan hitam, tetapi banyak juga makanan lainya. Ini makanan yang biasa dijual di burjo : - Bubur kacang hijau dan ketan hitam, atau pilihan satu di antara keduanya. - Nasi dengan berbagai macam lauk pauk, lumrahnya sarden dan telur dadar atau ceplok - Magelangan (nasi goreng dicampur dengan mie. Daerah asal saya di Jawa Timur biasa menyebutnya dengan nasi mawut) - Mie instan - Mie dog-dog (mie instan dnegan kuah kental dan saos berlimpah) -Aneka minuman instan maupun non instan -Gorengan Kisaran harganya cukup terjangkau bagi kalangan normal, sekitar RP 1.000,00 hingga Rp 10.000,00. Tetapi bagi anak kos solo, mungkin beberapa menu dijual dengan harga yang terlalu mahal. Contohnya nasi sarden diberandol dengan harga Rp 4.500,00 hingga Rp 5.000,00, tentu dengan porsi segunung. Yang menjadi masalah, saya tidak mampu menghabiskan makanan dengan porsi segunung sekaligus. Memang, burjo ini ditujukkan untuk mahasiswa laki-laki, tanpa bermaksud mendiskriminasikan gender, tetapi dari segi porsi saja sudah terlihat itu porsi laki-laki. Belum lagi beberapa warung burjo buka hingga 24jam dan sering dijadikan tempat bagi ajang nonton bareng pertandingan sepak bola oleh anak laki-laki. Dari segi kebersihan tempat dan higienitas, saya menilai beberapa warung burjo memiliki tempat yang cukup bersih, meskipun higienitasnya tidak bisa dijamin 100%. [caption id="attachment_280872" align="alignnone" width="1280" caption="Warung Burjo Pasundan di samping kos teman saya"][/caption] [caption id="attachment_280873" align="alignnone" width="1280" caption="Tampak depan Warung Burjo Pasundan"]

13799251011385257117
13799251011385257117
[/caption] [caption id="attachment_280874" align="alignnone" width="1280" caption="Bagian dalam warung burjo beserta display table-nya"]
1379925160100718761
1379925160100718761
[/caption] [caption id="attachment_280875" align="alignnone" width="1280" caption="Bagian untuk meracik minuman di Warung Burjo Pasundan"]
13799252111580439015
13799252111580439015
[/caption] Satu lagi keunikan warung burjo menurut saya, seluruh penjual warung burjo di kawasan Kentingan adalah orang Sunda, atau paling tidak berasal dari Jawa Barat. Entah burjo memang makanan sunda atau rata-rata orang sunda yang merantau ke Solo merintis usaha warung burjo. Nama dari warung burjo inipun selalu mengandung unsur sunda, seperti Pasundan, Ngereyeuh, dll. Seorang teman lainya, Siti Nurhati menyarankan untuk makan makanan Banyumasan di siang hari yang panas ini. Teman saya ini berasal dari Purbalingga, Jawa Tengah yang notabene masih termasuk dalam Karesidenan Banyumas (Karesidenan Plat R). Apa itu warung Banyumasan? Sedikit saya beri gambaran, Warung Banyumasan adalah warung yang menyediakan makanan dengan ciri khas saus merah yang melimpah. Makanan yang dibubuhi saus tersebut antara lain tempura, sosis,dll. Menu favorit saya di Warung Banyumasan adalah oseng terong, yang tentu saja diimbuhi rasa khas Banyumasan. Di kawasan Kentingan cukup banyak warung Banyumasan, langganan saya adalah warung di Jalan Halimun dengan nama Warung Mbok Was. Uniknya, menurut Siti Nurhati, harga di warung Banyumasan tidak bisa diprediksi karena harga tidak tertera di menu secara gamblang. Bahkan, harga makanan dapat berubah mengikuti waktu. Apabila anda makan siang dengan menu yang sama di pagi hari dan di siang hati, harganya akan berbeda. Harga di siang hari akan lebih mahal daripada di pagi hari. Kemungkinan kenaikan harga di siang hari disebabkan karena lebih banyak mahasiswa yang makan siang di warung Banyumasan daripada mahasiswa yang sarapan di warung Banyumasan.
13799258322041132708
13799258322041132708
Keunggulan dari warung Banyumasan adalah kita dapat memilih porsi nasi yang akan dihidangkan, boleh 1 porsi nasi penuh atau hanya setengah porsi. Biasanya saya dan teman-teman hanya memesan setengah porsi, itupun sudah cukup banyak. Masalah higienitas, kebersihan dan gizi, saya sedikit meragukan kualitas saus yang disajikan, mengingat sausnya banyak sekali sehingga jika digunakan saus dari merk ternama, pemilik warung akan cenderung rugi sehingga digunakanlah saus botolan, oplosan, tanpa merk yang tak jelas ingredients nya. Tapi tetap saja rasanya lezat, tempatnya pun bersih dan nyaman, sehingga saya sedikit melupakan asal-muasal saus tadi. Dua orang teman lainya, Yosephin Pramudita Lestyana dan Dyah Pratita Sari adalah wong Solo asli dalam artian mereka tidak kos di Kentingan tetapi memang bertempat tinggal di Solo. Tetapi, mereka makan di Kentingan dengan frekuensi yang cukup sering, mengingat jadwal kuliah mereka cukup padat dan melampaui jam makan siang. Belum lagi seringnya kami mengerjakan tugas bersama yang tentu juga melampaui jam makan siang dan mewajibkan kami untuk mengisi perut. Yosephin cenderung lebih menyukai makan di luar daripada dirumah. "Bosan," tandasnya mengenai masakan rumah. Sementara Dyah menyatakan pilihan untuk makan di warung atau di rumah itu tergantung makanan apa yang disajikan di rumah. Apabila menu dirumahnya adalah makanan yang ia sukai, maka ia akan makan dirumah, sebaliknya jika makanan di rumah adalah makanan yang tidak ia sukai, maka ia lebih memilih makan di luar. Warung makanan favorit Dyah Pratita Sari di Kentingan adalah Warung Shima yang berlokasi di Jalan Surya 1. Warung Shima dapat dikategorikan sebagai warung nasi-sayur, jenis warung paling umum yang ada di Kentingan. Shima memiliki tempat yang modern dan selalu ramai di jam makan siang. Konsep modern yang diusung Warung Shima didukung dengan kebersihan yang selalu dijaga, menghasilkan kenyamanan tersendiri bagi pengunjungnya. Sayangnya, harga yang diberandol cukup tinggi dibandingkan warung nasi sayur lainya. Yosephin Pramudita Lestyana memiliki warung nasi sayur favorit lainya, yaitu Warung Bu Andri yang terletak di Jalan Surya 3. Alasanya, warung Bu Andri menyajikan sayur-sayuran yang sangat beragam dan sehat tentunya. Rasanya pun layak diacungi jempol. Harganya? Jangan khawatir, sangat ramah pada kantong mahasiswa. Nasi sayur dengan sebanyak apapun jenis sayur yang anda ambil, tetap dikenai harga Rp 3.000,00. Sayangnya, tempat warung Bu Andri yang bersih dan nyaman ini letaknya terpencil, sehingga belum banyak yang mengetahui keberadaanya. [caption id="attachment_280878" align="alignnone" width="1024" caption="Menu makanan di warung Bu Andri"]
13799270401541044169
13799270401541044169
[/caption] Sebenarnya ada satu lagi warung makanan yang sering saya kunjungi bersama teman-teman, yaitu Warung Aurora yang terletak di Jalan Surya Utama. Dapat dikatakan, Warung Aurora merupakan salah satu pelopor warung pokwe (berasal dari akronim bahasa jawa njupuk dewe yang berarti mengambil sendiri) di Kota Kentingan. Harga makanan di Warung Aurora pun sangat murah, saya yakin anda pasti terkejut jika saya katakan harga nasi sayur hanya Rp 2.000,00. Sayangnya, kenyamanan Warung Aurora sangat tidak diperhatikan. Dapur Warung Aurora terbuka dan menghadap langsung ke pengunjung warung, sehingga terkadang bau masakan yang sedang dimasak mengganggu pernafasan. [caption id="attachment_280879" align="alignnone" width="864" caption="Bagian depan Warung Aurora"]
137992735629882383
137992735629882383
[/caption] Sekilas review saya mengenai beberapa warung khas anak kos di kawasan Kentingan, Surakarta. Tertarik mengunjungi? Silahkan dan rasakan sensasi berhemat di akhir bulan ala anak kos.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun