Mohon tunggu...
Yudit Welnes
Yudit Welnes Mohon Tunggu... -

Kanisius Reading Community

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjunjung kehidupan

13 September 2011   15:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:59 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

MENJUNJUNG KEHIDUPAN DI AMBON.

Setiap kehidupan entahkah dia tukang ojek,tukang becak,anak kecil,orang dewasa,orang kaya,orang miskin,atheis,beragama,punya jabatan atau pengangguran adalah kehidupan manusia yang perlu dijaga dan dipelihara. Kehidupan adalah kehidupan, ia tak pantas dimusnahkan hanya karnena punya agama yang berbeda dengan yang lain, iapun tak perlu dirawat berbeda dengan yang lain hanya karena ia punya kedudukan yang tinggi.Maka, kehidupan orang Ambon adalah juga kehidupan yang harus dipelihara, dirawat,dijaga dan dijunjung.

Kehidupan warga masyarakat Maluku pada umumnya dan kota Ambon pada khususnya perlu dijunjung oleh semua orang tanpa kecuali. Mereka adalah orang-orang yang telah lama menderita karena kemiskinan, walaupun mereka punya hasil laut yang kaya. Mereka adalah orang-orang yang terlupakan walaupun beberapa orang di antara mereka pernah memiliki jasa besar bagi bangsa ini. Mereka dan kehidupan mereka harus di junjung karena mereka adalah manusia.

Dengan rasa haru kitapun patut berbelasungkawa kepada mereka yang menjadi korban sebab apapun usaha kita, tidakmungkin mencetakkan kehidupan yang sama untuk mengembalikan atau menggantikan nyawa yang telah hilang. Maka yang pantas dilakukan bagi orang Ambon saat ini adalah mendekap kehidupan mereka seerat mungkin dengan kasih sayang yang tulus, membelai kehidupan mereka dengan keadilan, dan kembali merebut dan mengenakan mahkota martabat di kepala mereka.

Sulit mendefinisikan siapa desainer atas konflik kemarin dan sulit juga untuk mendefinisikan strategi permainan macam apa yang telah dilakukan di panggung teater yang bernama Ambon, sebab sang desainer itu (sutradaranya) hingga kini belum tertangkap karena ia tak berwujud dan tak bernama. Andaikan ia berwujud dan bernama, tidak mungkin sampai kini ia belum ditangkap dan diadili sesuai hukum yang berlaku di negara ini. Ia telah berhasil merampas narasi kehidupan orang basudara di Ambon dan menggantikannya dengan narasi kekerasan. Ia berhasil memutuskat tangan-tangan yang baru saja berjabat erat pada hari raya idul fitri dan selepas ibadah minggu. Sungguh sebuah sandiwara yang hampir saja sukses menguasai Ambon.

Kesulitan mendefinisikan sang desainer konflik dan bentuk permainannya semata-mata karena masyarakat Ambon adalah masyarakat biasa, mereka tidak terlatih dengan berbagai strategi yang memecah belah dan menciptakan suasana yang kacau untuk mendongkrak biaya operasional hidup mereka, merekapun tidakmemiliki musuh sebab mereka adalah saudara segandong, sepela.

Mereka hanyalah orang-orang biasa, mencari makan dengan susah payah, membeli adalah sesuatu yang mahal bagi mereka tetapi mereka punya semangat berkorban yang tinggi untuk agama mereka. Untuk agama, mereka menjadi orang-orang yang sangat dermawan, termasuk mendermakan hidup mereka. Memang, tidaklah mudah menghakimi mereka bahwa tindakan mereka untuk berkorban bagi agama mereka adalah tindakan yang keliru, sebab bukankah itulah yang diajarkan untuk mereka sejak dulu? Bukankah juga di negara ini orang tidak bisa bebas memilih untuk tidak beragama?

Andaikan negara ini memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk bebas memilih beragama ataupun tidak,mungkin orang Ambon tidak gampang diprovokasi atas nama agama. Agama memang penting, tetapi jika karena agama itu lalu orang Ambon kemudian hidup dalam teritori agamanya, dan kemudian menjadi semacam pembeda satu dengan yang lain, sunggu patutlah disesalkan. Orang Ambon(Maluku) sejak dulu sebelum agama masuk di daerah mereka sudah menerapkan ajaran yang mulia tentang bagaimana cara menjunjung kehidupan orang saudara. Merekamampu menciptakan mekanisme perdamaian dengan saudaranya sendiri secara natural,melalui hubungan-hubungan pela gandong dengan sumpah dan janjinya, tanpa direkayasa oleh sistem yang di bawa dari dunia angkasa (baca: luar Maluku).

Saya tidak mau menyalahkan siapapun dan institusi manapun terkait dengan insiden yang terjadi pada hari Minggu, tanggal 11 September 2011. Sebab menyalahkan bukanlah cara yang bijak untuk menyembuhkan luka warga Ambon. Adalah lebih bijaksana kalau saya dan semua warga masyarakat Maluku-Ambon menyatakan stop mengadudombakan kami , stop menggiring kami untuk bermain sandiwara yang tiada manfaatnya bagi kehidupan kami. Warga Ambon bukan musuh yang harus dihadapi dengan pasukan bersenjata, warga Ambon adalah manusia yang punya martabat mulia karena diberikan oleh Tuhan. Martabat orang Ambon bukan hadiah pemerintah Indonesia yang kalau perlu di rebut dan kalau lagi senang, dikembalikan. Siapapun dia yang hidup di Ambon-Maluku adalah jiwa manusia yang perlu dijunjung.

Ambon yang manis, benahi dirimu, lepaskan parang dari tangan,ulurkan tangan untuk pegang tangan, jabat erat penuh kasih, gendong gandong, dendangkan damai,katakan tidak untuk kekerasan. Salam Damai

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun