Budaya merupakan suatu gaya hidup masyarakat dalam berbagai golongan diberbagai macam daerah. Gaya hidup tersebut dapat diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi melalui ajaran lingkungannya.
Keluarga menjadi salah satu penerus budaya yang sebelumnya sudah ada. Seperti yang Samovar (2015) nyatakan yakni keluarga memiliki 2 jenis yaitu keluarga nuclear yang hanya mencakup sebatas orang tua dan anak, dan keluarga extended yang merupakan pelebaran dari nuclear yaitu kakek, sepupu, dan yang lainnya.
Selayaknya keluarga pada umumnya, orang tua sudah selayaknya menjadi penerus budaya yang di ajarkan oleh kakek nenek kepada anak-anaknya. Saat saya menggali informasi terkait budaya yang telah dipelajari oleh orang tua saya, Sebagian besar nilai-nilai budaya yang wajib di ajarkan yaitu terkait norma dan sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Tutur kata, cara berbicara kepada yang lebih tua, penggunaan bahasa juga harus sangat diperhatikan saat kita berbicara kepada orang yang lebih tua.
"Waktu dulu, budaya jawa sangat diperhatikan, terutama dalam hal tutur kata, perilaku dan sikap terhadap orang tua. Dalam bahasa sehari2 dgn orang tua pakai bahasa "Kromo Inggil" dan cara bicara dengan orang tua sikap tangan hrs sopan (tangan tidak boleh tolak pinggang). "
Makan juga memiliki budaya tersendiri seperti tidak boleh bersuara atau ngecap, tidak boleh makan teralu lahap atau rakus, ambil makan secukupnya dan harus dihabiskan. Hal tersebut selain mengajarkan sopan santun tetapi mengajarkan juga untuk tidak bleh membuang-buang makanan seenaknya.
Saat berkunjung ke rumah orang juga kita sebagai tamu harus bersikap sopan dan menjaga etika ditempat orang lain. Selalu mengucapkan "permisi" saat melewati orang juga menjaga sopan santun.
Sebagai seorang perempuan juga orang tua saya lebih mengajarkan saya untuk berpakaian sopan. Orang tua saya juga sangat melarang saya untuk merokok dan ikut kegiatan-kegiatan yang tidak semestinya diikuti oleh perempuan. Contohnya seperti pergi clubbing dan minum-minuman beralkohol. Hal tersebut diajarkan oleh orang tua saya dikarenakan sebagai perempuan kita harus menjaga martabat diri kita agar tidak merusak masa depan kita.
Namun seiring berjalannya waktu, perubahan zaman juga dapat mengubah budaya-budaya yang sudah ada. "Sungkeman pada hari raya tertentu, nyekar atau ziarah ke makam leluhur2 di karenakan tempatnya yg jauh dari tempat tinggal sekarang. Menurut kami sebagai orang tua hal tersebut boleh di lakukan tapi tdk di haruskan."
Tentunya juga ada beberapa alasan tersendiri mengapa beberapa budaya tidak diperkenalkan atau dilakukan secara lanjut atau serutin biasanya. Peran keluarga sebagai penerus nilai-nilai budaya juga tidak boleh teralu memaksa dan tidak menyesuaikan teradap budaya dizaman sekarang ini. Seperti yang kita ketahui bahwa dimasa sekarang ini kita lebih suka menghabiskan waktu untuk ngobrol serama seluarga disaat hari raya, tidak lagi menjalankan tradisi sungkem tersebut lagi. Nyekar atau ziarah ke makan leluhur juga sudah sangat jarang kami lakukan, kami lebih sering untuk melakukan ziarah ke tempat-tempat keluarga terdekat saja.
Maka dari itu, pengenalan nilai-nilai budaya yang ada dapat disebar luaskan atau dikenalkan melalui keluarga terdekat seperti keluarga. Karna pada dasarnya manusia dapat mempelajari sesuaitu tergantung bagaimana lingkungannya. Manusia pada dasarnya dapat mengamati serta mengikuti suatu budaya secara tidak langsung oleh karna kebiasaan dilingkungannya.
Samovar, L.A, Porter, R.E, McDaniel, E.R, Roy, C.S. (2015). Communication:Between Cultures. 14th edition. Cengage Learning. Boston:USA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H