Mohon tunggu...
Yudistira Nugroho
Yudistira Nugroho Mohon Tunggu... -

selama "poros beringin" masih post-power syndrome, selama itu pula sepakbola kita berduka.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Merayakan 20 Tahun Lahirnya Adnan Januzaj dan Istilah "One Hit Wonder"

9 Maret 2015   16:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:56 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selera seseorang dalam memilih musik favorit adalah indikator paling mudah untuk menilai kapan atau di zaman mana seseorang itu lahir. Bapak-bapak yang hafal dan fasih menyanyikan lagu The Beatles saat ada event "Beatles Night" di kafe ibukota pasti mayoritas beranjak dewasa di sekitar tahun 60-70an, kecuali untuk anak muda yang lahir circa 1990 lalu menahbiskan diri mereka untuk jadi The Beatles "hipster". Mudah bukan menebak umur seseorang, selain menerka dari rupa muka? Sebagai salah satu orang yang dilahirkan di generasi MTV, saya merasa beruntung karena saat masih kecil tidak perlu mendengarkan lagu Goyang Dumang milik Cita Citata. Atau mendengarkan grup musik Indonesia bernafaskan irama Melayu yang memberi kesan bahwa ketika kita merasakan cinta disitu pula ada derita. Tapi saya teringat denganbejibun nya lagu-lagu di masa itu yang entah siapa penyanyinya, namun sangat catchy di telinga. Seperti contoh laguThe Rembrandts yang berjudul I'll Be There For You. Ada di mana gerangan grup ini setelah lagunya sukses menjadi OST serial Friends yang ngetop di zamannya? Atau ada yang masih ingat dengan Chumbawamba denganTubthumping-nya? Mungkin personil band-band ini juga sudah lupa mereka pernah terkenal hanya karena "satu lagu berjuta makna" milik mereka. Adalah Adnan Januzaj, seorang pemuda dengan talenta sepakbola di atas rata-rata, lahir di Belgia tanggal 5 Februari tahun 1995, mempunyai keturunan Albania-Kosovo-Serbia-Turki, dan sekarang menetap di Inggris untuk menjadi pemain Manchester United. Mungkin Januzaj sudah masuk MURI-nya Jaya Suprana jika ia tinggal di Indonesia dengan jumlah garis keturunan seperti itu. Januzaj dibeli dengan harga rendah dari klub Belgia, Anderlecht pada saat rezim Sir Alex Ferguson berkuasa. Lalu dengan percaya dirinya, publik Old Trafford menyamakan kedatangan Adnan Januzaj sama seperti kedatangan Cristiano Ronaldo. Januzaj memulai musim BPL pertamanya (musim 13/14) dengan tidak mengecewakan, stabil, dan bersemangat. Statistik mengatakan bahwa musim pertama Januzaj dan Ronaldo (musim 03/04) tidak begitu jauh berbeda. Anehnya, performa Januzaj memuncak saat David Moyes menjadi manajer Manchester United.

source: mirrorfootball.co.uk Dengan performa Januzaj yang sangat brilian saat itu, ia serta-merta menjadi pemain termuda di skuad timnas Belgia sekaligus yang terakhir dipanggil Marc Wilmots untuk bertarung di ajang World Cup 2014. Walhasil, dengan pencapaian seperti itu, Januzaj diprediksi banyak media akan menjadi pemain kunci di musim BPL berikutnya. Musim baru Liga Inggris dimulai. Revolusi besar-besaran dilakukan United. Louis van Gaal direkrut sebagai arsitek menggantikan David Moyes yang telah membuat Red Devils babak belur di Liga Inggris 13/14, pemain kelas A seperti Angel Di Maria dan Falcao ikut masuk ke dalam skuad Manchester United musim 14/15. Skuad yang bisa dibilang sangat potensial untuk kembali menjadi contender juara BPL. Maklum, di musim sebelumnya United bermain seperti domba yang kehilangan arahan gembala dan tidak jarang jadi bahan lelucon di berbagai sosial media. Kedatangan Angel Di Maria dari Real Madrid seperti angin segar di Old Trafford dan juga menjadi titik balik peran Adnan Januzaj di skuad Manchester United. Posisi dan cara bermain yang mirip serta jam terbang yang tinggi memaksa Louis van Gaal mengesampingkan Januzaj dan menjadikan Di Maria yang utama. Coba kita bandingkan jumlah penampilan Januzaj di musim 13/14 dengan musim 14/15.
source: transfermarkt.co.uk Performa Januzaj di musim 13/14 yang ciamik dan manis meninggalkan kesan tersendiri bagi publik sepakbola Manchester. Januzaj bermain sebanyak 35 kali sepanjang tahun dan berhasil mengemas 4 gol serta 6 assist. Saat itu, Januzaj seakan-akan menjadi obat penghibur para fans di kala terseok-seoknya Manchester United di klasemen BPL. Tapi coba anda bandingkan dengan musim Januzaj berikutnya. Hingga awal bulan Maret 2015, Januzaj hanya diberi kepercayaan menjadi starting eleven sebanyak 7 kali pertandingan dari 16 kali penampilan. Sisanya, Januzaj memulai tanding saat paruh babak kedua dari bangku cadangan. Dari data di atas, sudah jelas, Louis van Gaal lebih memprioritaskan Angel Di Maria daripada Januzaj untuk ditempatkan di sisi sayap. Di Maria di rasa Van Gaal sebagai sosok yang tepat menggantikan peran sayap "maut" yang dulunya tempat ini menjadi habitat Cristiano Ronaldo. Tapi mari kita bandingkan musim pertama Januzaj dan Di Maria saat membela Manchester United.
source: squawka.com Berdasarkan statistik di atas, hingga Maret 2015, Di Maria belum bisa menyamai skor Januzaj di musim 13/14. Tapi dengan sisa pertandingan BPL yang masih banyak (18 kali), seharusnya Di Maria sebagai pemain yang berlaga di final Piala Dunia 2014 bisa membuktikan bahwa kemampuannya harus lebih baik daripada Januzaj si bocah yang baru saja merayakan 20 tahun hari lahirnya. Coba sedikit lebih peka, Meneer Van Gaal. Januzaj seharusnya bisa mendapatkan tempat yang lebih layak di dalam skuad Manchester United. Tidak banyak pemain Manchester United secemerlang musim pertama milik Adnan Januzaj. Tidak semua pesepakbola di musim pertamanya bisa menyamai rekor Cristiano Ronaldo dan Angel Di Maria. Apa kita harus melihat Januzaj bernasib sama seperti Wilfried Zaha yang diproyeksikan akan menjadi suksesor legenda United, tapi pada prakteknya nol besar? Atau mungkin Van Gaal hanya akan jadikan kegemilangan musim pertama Januzaj di Manchester United sebagai suatu keberuntungan yang diraih banyak pemain muda? Musim pertama Adnan Januzaj yang mengarungi Liga Inggris dengan gemilang adalah salah satu cerita menarik di dalam dunia sepakbola modern. Kebanyakan media informasi, saat itu menahbiskan Januzaj sebagai calon legenda Manchester United. Sebetulnya Januzaj tidak layak terpinggirkan hanya karena namanya yang kurang "familiar". Tapi kalau memang Van Gaal bijaksana, tepikanlah sebentar para nama-nama besar, dan jangan jadikan Januzaj hanya sebagai penghangat bangku cadangan, kalau tidak mau Januzaj hanya akan dikenang sebagai pemain dengan predikat "One (Season) Hit Wonder". Tulisan ini bisa juga dilihat di: dikangkangi.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun