Mohon tunggu...
Reta Yudistyana
Reta Yudistyana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

tukang nulis yang bercita-cita keliling Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bahan Pangan dari Sisa Tambang

16 Desember 2013   16:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:52 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kita disuguhin sagu sama pisang. Katanya itu hasil dari penanaman di atas lahan sirsat. Nggak nyangka ya, sisa kegiatan tambang ternyata bisa dimanfaatin buat pertanian! Sagu sama pisangnya enak pula, nggak beracun," cerita seorang teman siang itu dengan antusias. Ia baru pulang dari perjalanan ke Papua, tepatnya mengunjungi salah seorang kerabat yang bekerja di PT Freeport Indonesia (PTFI). Saya pun penasaran. Sisa kegiatan tambang dimanfaatkan untuk pertanian? Karena belum berkesempatan melihat langsung ke Papua, saya mencari jawabannya di Google. Dan ternyata, seperti ini penjelasannya... Freeport Indonesia adalah salah satu perusahaan yang mengelola hasil alam Indonesia. Di balik kegiatan pertambangannya, perusahaan ini ternyata juga memerhatikan kelestarian lingkungan melalui program reklamasi di kawasan yang disebut Daerah Pengendapan Ajkwa Dimodifikasi atau Modified Ajkwa Deposition Area (ModADA). Dengan luas 230 km2 di dataran rendah dan dibatasi oleh dua tanggul di sisi barat dan timur, daerah ini diperuntukkan bagi penampungan endapan pasir sisa tambang. Seperti yang dikutip dari situs ITB, Freeport Indonesia melakukan reklamasi dan suksesi alami pada area pengendapan pasir sisa tambang (sirsat). Sirsat mengapung bersama aliran sungai dan mengendap di daerah dataran rendah, dibantu dengan pembuatan tanggul. Di daerah dataran rendah inilah dilakukan suksesi dan reklamasi. Sirsat secara natural akan mencapai komunitas klimaks yang memberikan nilai ekologi, sedangkan sirsat yang diolah sebagai agriculture dan agroforestry akan menjadi lahan produktif yang memberikan nilai ekonomi. Sekitar 126 spesies berhasil ditanam dan dibudidayakan pada lahan sirsat baik dengan maupun tanpa penambahan bahan organik. Sampel kandungan logam dalam jaringan tanaman secara berkala dianalisa, dan sejauh ini kadarnya masih dibawah ambang. Sederhananya, reklamasi dalam kegiatan pertambangan bisa diartikan sebagai usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. Istilah ini sering dikaitkan pula dengan revegetasi yaitu usaha atau kegiatan penanaman kembali lahan bekas tambang. Sampai akhir 2011, ada lebih dari 171 spesies tanaman berhasil tumbuh pada lahan yang mengandung sirsat. Jenis tanamannya pun beragam, mulai dari kacang-kacangan yang dimanfaatkan untuk pakan ternak, matoa, kayu putih, kelapa, sampai tanaman pertanian seperti nanas, tebu, sagu, pisang, dan sayur-mayur. Selain reklamasi, Freeport Indonesia juga membiarkan terjadinya suksesi ekologis alami (pertumbuhan kembali spesies asli secara alami) pada kawasan yang telah ditentukan. Sebuah proyek penelitian independen tentang suksesi alami pada kawasan endapan sirsat menemukan bahwa, dalam kurun waktu beberapa tahun saja, lebih dari 500 spesies tanaman berhasil melakukan kolonisasi secara alami dan tumbuh dengan baik. [caption id="attachment_284240" align="aligncenter" width="300" caption="Penanaman di lahan sisa tambang Freeport Indonesia (sumber: situs PTFI)"][/caption] Lahan baru yang terbentuk di daerah muara dari aliran sirsat dan sedimen alami yang lolos telah kolonisasi bakau tanpa bantuan. Dalam beberapa tahun terakhir, puluhan spesies bakau, kepiting, udang, siput, kerang, ikan, dan cacing laut teridentifikasi di daerah-daerah koloni mangrove ini. Setiap tahunnya, Freeport Indonesia memang memiliki target reklamasi sekitar 12 hektar. Kategori reklamasinya adalah tanaman bersifat permanen dan tanaman semusim. Untuk mempercepat proses suksesi primer di lahan-lahan bentukan baru ini, Freeport Indonesia menanam ratusan ribu pohon bakau di sini, mempekerjakan kontraktor-kontraktor yang berasal dari masyarakat Kamoro, pemukim asli dataran rendah. Keterlibatan mereka mulai dari menanam bibit sampai penanaman. Nantinya, hasil tanaman pertanian tersebut diberikan kepada para pekerja.

13871852001698962808
13871852001698962808
Ternyata selain memerhatikan lingkungan, Freeport Indonesia juga peduli pada kesejahteraan warga sekitar ya! Jadi penasaran deh ingin ikut panen hasil pertanian di lahan sisa tambang itu. Semoga tahun depan ada kesempatan liburan ke Papua! :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun