"Silahkan beli 2 gratis 1, Diskon 30% minimal pembelian sebesar 150 Ribu, Boleh kak dicobain dulu, Beli ini akan mendapat hadiah eksklusif dari kami”
Kalimat tersebut tentunya sudah tak asing lagi bukan? Yap betul sekali, kalimat tersebut adalah kalimat komunikasi pemasaran yang dimana mereka berusaha untuk menginformasikan, membujuk, tentang produk yang mereka jual. hal itu dilakukan sebagai bentuk promosi mereka agar tercapai nya target penjualan dan hal seperti itu sering kali ditemukan diberbagai tempat tempat perbelanjaan
Salah satunya adalah saya sendiri, Ketika sedang berbelanja di minimarket lalu saat hendak bayar sang kasir pun menawarkan saya berbagai promo yang menggiurkan. tak hanya saya, teman saya mengaku sering kali menjadi target pemasaran tersebut ketika ia sedang berjalan kaki lalu datang seorang sales memberikan brosur.
Komunikasi pemasaran tak hanya secara langsung saja, komunikasi pemasaran bisa dilakukan di media digital, media sosial, media massa, dll. Saya pun sering menemukan sebuah komunikasi pemasaran dimedia sosial yaitu Iklan, Namun menurut saya cara seperti itu kurang efektif karna tak ada unsur komunikasi secara langsung didalam nya, Bagi saya komunikasi yang sempurna itu ketika kita berhadapan secara langsung
Akan tetapi kerap kali terjadi pemaksaan dalam memasarkan produk nya, tentu hal seperti ini melanggar kode etik seorang sales. Banyak orang orang yang mengaku resah akan hal ini karna merasa tak nyaman, salah satu teman saya mengaku pernah menjadi korban pemaksaan pemasaran produk, Ketika ia sedang berlibur ke tempat wisata candi borubudur lalu datang seorang penjual souvenir berusaha menawarkan produk nya dengan mematok harga tinggi dan tentunya bersifat memaksa! Sangat disayangkan hal ini terjadi di tempat wisata yang dimana akan mempengaruhi citra dari tempat wisata tersebut.
Selain ditempat wisata, dilingkungan sekitar pun masih banyak yang bersifat memaksa terjadi, salah satu nya yaitu dengan memasarkan provider internet Wifi. Sang sales berusaha memperkenalkan dan menawarkan tentang Provider Wifi tersebut dan tentunya memaksa! Dengan terus menanyakan dan memojokan agar kita minat terhadap produknya. Dan kejadian ini pun yang saya alami sendiri yang dimana mengingatkan saya akan kutipan oleh Seth Godin yaitu “Everyone is not your customer.”
Lantas apakah hal ini bisa hilang dari kebiasaan buruk seorang sales? Jawaban nya bisa. Yaitu dengan mulai memperbaiki diri sendiri, demi tercapai nya target penjualan yang sukses dan citra positif perusahaan karna seorang sales adalah ujung tombak sebuah perusahaan dan tentunya sangat bertanggung jawab akan hal ini. Banyaknya kejadian kejadian negatif yang dialami oleh customer kepada sales yang memberikan pelayanan buruk berpengaruh sangat besar terhadap target penjualan, hal ini bisa memicu muncul nya stigma stigma negatif terhadap seorang sales
Pandangan dan pemikiran dari sisi lain masyarakat pun sudah mulai memunculkan stigma negatif seorang sales terutama Sales Promotion Girl atau yang lebih kita kenal sebagai SPG. Dalam kasus ini kerap kali dialami oleh spg rokok yang identik dengan karakter fisik yang cantik dan menarik dengan tujuan menarik minat konsumen yang rata rata adalah laki laki. Sehingga dari sini muncul stigma negatif tentang seorang spg yang dianggap murahan dan rendah. Sangat menyakitkan bukan?
Tentu hal ini sangat berdampak terhadap citra, dari kejadian tersebut bisa disimpulkan dengan penampilan saja bisa mempengaruhi stigma terhadap seorang sales yang memasarkan produknya, apalagi dengan perlakuan buruk seorang sales yang dimana akan menambah stigma negatif dan citra seorang sales itu sendiri, Dalam komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh sales tentunya wajib memahami kode etik guna tercapai nya komunikasi pemasaran yang efektif dan tentu memenuhi target penjualan dan citra positif perusahaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H