Bhineka Nara Eka Bhakti!
Sepenggal kalimat berbahasa sanskerta di atas merupakan semboyan yang sering digaungkan oleh para Praja (Mahasiswa) IPDN saat mengawali setiap pelaksanaan kegiatan baik itu kegiatan berupa Apel, Upacara, Pengarahan dari atasan maupun berbagai kegiatan lainnya.
Dalam bahasa Indonesia Bhineka Nara Eka Bhakti berarti "Walaupun berbeda - beda tetapi tetap satu pengabdian" Semboyan yang sangat mulia ini merupakan representasi dari tujuan didirikannya IPDN oleh presiden Soekarno pada tanggal 17 Maret 1956 di Malang, Jawa Timur yang pada awal berdirinya masih menggunakan nama APDN (Akademi Pemerintahan Dalam Negeri) kemudian berganti nama menjadi STPDN (Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri) dan hingga kini dikenal sebagai IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri) yang berpusat di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat.
Praja IPDN terdiri dari Putra - Putri terbaik yang berasal dari seluruh daerah yang ada di Indonesia, dikumpulkan menjadi satu di Lembah Manglayang IPDN Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat untuk dibekali kemampuan akademis dengan spesifikasi Pemerintahan dibarengi dengan penanaman nilai - nilai Nasionalisme dan keberagaman sebagai bekal sekembalinya mereka ke daerah penugasan masing - masing.
Bekal yang akan dibawa oleh lulusan IPDN ini tentunya bukan untuk mereka "makan" sendiri, tetapi juga untuk disebarluaskan dan ditularkan kepada teman, keluarga dan masyarakat yang ada di daerah mereka masing - masing tentang betapa indahnya keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia.
Bagaimana tidak, seluruh Praja IPDN merupakan Putra - Putri terbaik dari seluruh penjuru Indonesia, hampir setiap Kabupaten dan Kota yang ada di seluruh Indonesia memiliki wakilnya masing - masing di kampus ini.Â
Dengan pola pendidikan Boarding School setiap prajanya memiliki kesempatan untuk saling mengenal karakter saudara - saudara mereka dengan berbagai dinamika persaudaraan yang tentunya akan membuat mereka lebih dewasa menyikapi berbagai perbedaan.Â
Selain itu, kehidupan selama 4 (empat) tahun yang dijalani bersama - sama, mulai dari bangun tidur, makan bersama, melaksanakan perkuliahan hingga istirahat malam dengan sendirinya akan menumbuhkan semangat kekeluargaan dalam bingkai kebangsaan.
Bisa kita bayangkan bersama apabila terjadi suatu kasus ataupun konflik antar etnis yang berpotensi mengalami eskalasi, alumni IPDN yang biasanya ditugaskan sebagai Lurah ataupun Camat di daerah dengan nilai - nilai nasionalisme dan kebangsaan yang sudah terpatri dalam dirinya masing - masing tentu akan terpanggil untuk bergerak cepat meyelesaikan konflik yang terjadi.
Selain itu kemampuan untuk memahami karakter setiap orang dari berbagai latar belakang suku, ras ataupun agama yang menjadi bekalnya untuk bertugas dapat diterapkan dalam menyelesaikan konflik secara tepat dengan berpegang teguh pada nilai - nilai persatuan dan kesatuan bangsa.Â
Kemampuan dan kepekaan semacam inilah yang menjadi harapan Presdien Soekarno dalam mendirikan kampus ini. Selain mengharapkan lahirnya kader - kader birokrat yang mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, IPDN juga diharapkan mampu melahirkan para kader perekat bangsa yang mampu mencegah maupun meredam berbagai gejolak yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa nantinya.