Mohon tunggu...
Yudistira Jakasoenda
Yudistira Jakasoenda Mohon Tunggu... -

manusia biasa yang tidak luput dari salah

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Wajah Suram Persepakbolaan Indonesia

28 Januari 2012   12:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:21 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1327753953710331453

Kisruh di tubuh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tampaknya akan terus berlanjut. Hal ini ditandai dengan keinginan para pengurus baik tingkat propinsi maupun klub untuk segera melaksanakan Kongres Luar Biasa (KLB). Sebelum ke agenda kongres (KLB) para pengurus dan klub telah sepakat untuk membentuk sebuah komite yang disebut Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI). KPSI ini sendiri diketuai oleh Tony Apriliani yang merupakan mantan anggota exco PSSI dan Hinca Pandajaitan sebagai sekjennya.

Pada hari Sabtu, tanggal 21 Januari 2012 Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia menggelar Prakongres di Swiss-Belhotel, Jakarta. Setidaknya ada tujuh agenda utama yang dibahas dalam acara prakongres PSSI yang digelar oleh KPSI. Agenda pertama kongres itu adalah pengambilan keputusan untuk memecat Djohar Arifin Husin dan Farid Rahman. Kedua penjelasan kembali soal Liga Amatir. Ketiga, KPSI akan membacakan manifesto PSSI baru. Keempat adalah membahas soal pemecatan empat anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI. Agenda selanjutnya adalah menolak hasil keputusan Komite Etik terhadap empat Exco PSSI karena dianggap cacat hukum dan cacat etika. Keenam adalah penegasan kembali pengelola Liga Amatir oleh BLAI sesuai dengan hasil Kongres Bali. Terakhir, menetapkan restrukturisasi Liga Amatir.

Sementara itu, pihak PSSI terlihat santai saja dalam menanggapi hasil prakongres tersebut. Pihak PSSI menganggap kongres (berikut keputusannya) itu agendanya KPSI, yang selain tidak diakui oleh PSSI, juga tidak diakui FIFA.

Itulah wajah suram persepakbolaan Indonesia saat ini. Tidak tahu sampai kapan keadaan seperti ini terus berlangsung. Sepak bola yang sejatinya dijadikan pemersatu bangsa, kini malah menjadi pemecah-belah persatuan. Lantas siapa yang salah? Kedua belah pihak bersikukuh bahwa mereka berada dalam jalur yang benar. Kita lihat saja, bagaimana nasib persepakbolaan tanah air ini. Apa masih kisruh saling gontok-gontokan yang hanya mementingkan golongannya masing-masing atau mereka berdamai demi Indonesia tercinta ini. Waktulah yang akan menjawab semuanya.

Oleh: Yudistira Jakasoenda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun