Ketika Liga Indonesia pertama digulirkan pada tahun 1994 yang merupakan peleburan 2 kompetisi yaitu Perserikatan dan Galatama, ada secercah harapan bahwa pengelolaan kompetisi sepakbola di Indonesia akan semakin baik dan berujung kepada menterengnya prestasi Timnas Indonesia yang bisa membuat rakyat negeri ini bangga. Akhir-akhir ini negeri ini khan jarang punya kebanggan :P. Jargon 'menuju ke pentas dunia' yang dicanangkan pun seolah menjadi do'a yang begitu bombastis yang mengiringi lahirnya liga pertama yang bersejarah tersebut.
Tahun ke tahun kompetisi kompetisi terus bergulir walau dengan format yang sering berubah-ubah. Mungkin kala itu PSSI lagi mencari jatidiri, mencari formulasi kompetisi yang maknyuss agar sang prestasi yang didambakan datang menghampiri.
Kalau dulu saya datang untuk nonton ke stadion masih merasa aman. Saya sempat nonton Persib Bandung lawan Persija di Lebak Bulus. Saya seorang bobotoh yang kebetulan mengadu nasib di ibukota. Kala itu karena terburu-buru, saya salah masuk. Maksud hati hendak bergabung dengan bobotoh yang datang dari Bandung, ee malah tersesat ke tribun pendukung Persija. Tapi kala itu masih aman-aman saja. Para pendukung kedua tim masih soleh dan soleha. Kalau sekarang mah jangan harap bisa selamat. Menjamurnya kelompok supporter yang katanya terorganisir dan profesional, tidak berimbas kepada meningkatnya kesantunan perilaku para penonton. Malah makin beringas dan brutal. Welehh....
Tak terasa lebih dari satu setengah dekade, prestasi ditingakat dunia masih belom dateng juga. Jangankan di tingkat dunia, ditingkat Asia saja peringkat kita masih di kisaran 20-an, di Asia Tenggara pun masih berada dibawah ketiak Thailand.Walau kemarin agak sedikit terobati, ketika 2 gol penalti Bambang Pamungkas bisa menyungkurkan Thailand di penyisihan grup piala AFF. Dahaga kemenangan atas negeri Gajah Putih selama 12 tahun terhapus sudah. Kemenangan yang menjadi anti klimaks karena di akhir cerita Timnas kita dikangkangi Malaysia. Kita hampir memenangkan seluruh pertempuran, tapi kita kalah dalam peperangan.
Tapi melihat bagaimana Alfred Riedl menangani timnas kali ini. Harapan yang mulai pudar itu kini kian tegas kembali.
Tak apa-apalah kalau keberhasilan timnas itu diaku oleh ketua PSSI sebagai keberhasilan diri dan partai-nya. Monggo...sah-sah saja.
Mau saran yang lebih cesspleng biar para pecinta bola di tanah air simpati dan jatuh hati pada Anda, Pak Ketua?
"Segeralah turun dari kursi Anda !",
Ini akan menjadi iklan yang bagus untuk partai Anda, ketimbang Anda menggunakan segala cara untuk tetap duduk disitu. Sementara berjuta cela dan cerca mengujani Anda.
Saya pikir,
Anda masih punya hati...