Mohon tunggu...
Irfan Yudisetya W
Irfan Yudisetya W Mohon Tunggu... karyawan swasta -

orang biasa yang coba membiasakan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Anak Bawang vs Anak Pak Bambang

18 Maret 2013   03:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:35 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bawang…

Saudara saya menyebutnya Brambang,

Bukan karena bawang dari Brebes

Sehingga kita harus mbrebes mili, ketika mengupasnya.

Meski Brebes, mbrebes bermakna selalu keluar airnya.

Tapi (lagi-lagi) bukan karena itu

Kalau kini sebelum mengupas brambang punsudah luruh  air mata kita.

Pada harum bawang rakyat negeri kini begitu rindu

Karena bau hambalang telah membuat pilu

Wangi bawang telah dirampas begitu rupa

Serupa anak kesayangan kita yang diambil penculik secara tiba-tiba.

“ Biarlah Rakyat mesti membayar mahal untuk sekedar menikmati harumnya !”

Lantang teriak penguasa yang kadang2 juga merangkap jadi pengusaha.

Bawang hilang,

Serupa nasib rakyat yang kian terbuang

Karena rakyat hanyalah anak bawang,

Kala diiris, dipotong , dimutilasi dan diulek2 pun harus diterima dengan senang

Salahkan saja nasibmu yang menjadi anak Brambang!

Dan bukannya menjadi anaknya Pak Bambang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun