Maka C = 1.000 (artinya 1.000 kg sekam padi yang harus ditambahkan)
Catatan:Kadar air ketiga bahan baku tersebut dalam kondisi relatif sama, maka nilai perhitungan di atas berlaku dan bisa digunakan. Jika kadar airnya berbeda, maka harus dihitung berdasarkan bobot keringnya. Misalnya, kadar air kotoran ayam 20%, kotoran sapi 30% dan sekam padi (kering) sekitar 10%. Artinya bobot kering kotoran ayam adalah 80%, kotoran sapi 70% dan sekam padi 90%. Dengan demikian rumus yang digunakan adalah:
(80% x A x nilai C/N) + (70% x B x nilai C/N) + (90% x C x nilai C/N) = 30/1
(80% x A) + (70% x B) + (90% x C)
Jika akan menggunakan kotoran ayam 3 ton dan kotoran sapi 1 ton, bisa dihitung bobot sekam padi yang harus ditambahkan dengan perhitungan yang sama seperti contoh tersebut di atas. Demikian juga apabila menggunakan bahan baku yang kebetulan nilai C/N jauh lebih tinggi dari 30/1, harus dicampur dengan bahan baku lain dengan nilai C/N kurang dari 30/1 melalui perhitungan yang sama. Dengan nilai C/N campuran beberapa bahan baku mendekati 30/1, diharapkan proses fermentasinya akan berjalan dengan cepat dan sempurna.
Prosedur Sederhana Pembuatan Bokhasi
Diambil contoh bahan baku yang digunakan adalah kotoran ayam 2 ton, kotoran sapi 2 ton dan sekam padi 2 ton (jumlah total bahan baku adalah 6 ton, dengan asumsi kadar airnya sama). Diperlukan bahan lain, berupa starter (inokulan mikroba pengurai) 1-2 liter dan gula pasir 0,5 kg (atau jika ada, molase 1 liter). Jika sekedar untuk mempercepat dan menyempurnakan proses fermentasinya, cukup menggunakan starter EM-4 atau Starbio atau lainnya yang sejenis. Tetapi jika ingin memperkaya kandungan mikroba lain yang bermanfaat bagi tanaman dalam bokashinya, gunakan starter inokulan mikroba yang secara umum dikenal sebagai pupuk hayati, seperti Agrobost, Tiens Golden Harvest atau Biosugih atau pupuk hayati lainnya. Sebaiknya cari lokasi yang beratap tetapi terbuka sisi sampingnya, serta berlantai lebih tinggi dari area sekitarnya agar tidak tergenang air ketika hujan. Lengkapi dengan peralatan termometer, cangkul, sekop, drum plastik, gembor plastik, lembaran plastik atau terpal dan unit ayakan dari kawat kasa dengan ukuran lubang sekitar 1 cm².
Langkah pertama, campur ketiga bahan baku hingga rata tercampur. Larutkan gula pasir 0,5 kg (atau molase 1 liter) ke dalam 50 liter air pada drum plastik, kemudian masukkan starter ke dalamnya sambil diaduk-aduk selama 10 menit. Diamkan larutan ini paling sedikit selama 30 menit.
Langkah kedua, ratakan seperempat campuran bahan baku di permukaan lantai dengan ukuran luas lapisan sekitar 2,5 m x 2,5 m. Kemudian siram dengan 12,5 liter larutan starter secara merata, sambil diaduk-aduk. Seperempat campuran bahan baku berikutnya diratakan di atas tumpukan pertama, disiram 12,5 liter larutan starter sambil di aduk-aduk. Demikian seterusnya hingga terdapat empat lapis tumpukan, yang tingginya sekitar 75-90 cm.
Setiap kali melakukan pengadukan tiap lapis, lakukan kontrol kelembaban bahan baku dengan cara menggenggam dan meremasnya. Jika genggaman dibuka dan bahan baku pecah berurai, tandanya terlalu kering. Pada kondisi ini lakukan tambahan penyiraman air bersih secukupnya sampai jika digenggam dan diremas lagi, kemudian genggaman dibuka akan tampak bahan baku tidak pecah tetapi tidak sampai menetes air. Kelembaban bahan baku sangat mempengaruhi aktifitas mikroba pengurai.
Langkah ketiga, tutupi permukaan atas tumpukan dengan lembaran plastik atau terpal. Pada hari ke-3 lakukan pengukuran suhu bahan baku. Caranya, buat lubang di tengah tumpukan dengan sepotong kayu. Masukkan termometer yang telah diberi tali ke dalam lubang, dan tutup kembali lubang tersebut. Setelah 1 menit, tarik termometer, angka yang ditunjukkannya merupakan suhu bahan baku saat itu. Jika suhunya di atas 65º C, tutup plastik/terpal dibuka. Jika suhunya kurang dari 50º C, dilanjutkan penutupan plastik/terpal tersebut.