Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hajar Aswad di Mekah, Kerinduan Untuk Menyentuh dan Menciumnya

3 Mei 2024   09:02 Diperbarui: 3 Mei 2024   09:59 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Petugas keamanan berjaga diHajar Aswad, kota suci Mekah, Arab Saudi, Foto. Kementerian Media via REUTERS 

Kalau tidak bisa juga tunjuk dengan tangan kanan sambil menyeru nama Allah yang maha besar.

Batu itu diyakini dari surga  jika  bisa menciumnya itu adalah  tanda cinta kepada Allah.

Ada sebuah kisah  saat terjadi ketika terjadi perselisihan mengenai  bagaimana meletakkan baru itu kembali di Kaabah. 

Kaum Quraisy ingin. memperbaiki Ka'bah dan semua suku setuju dan ingin ikut serta mengerjakannya.

 Namun ketika  tiba saatnya untuk menempatkan Hajar Aswad di Kaabah, setiap suku.berebut untuk   mendapatkan kehormatan untuk meletakkan batu itu ditempatnya. Masing masing tidak mau mengalah.

Hampir saja terjadi perkelahian antar suku.  Namun seorang tertua mengusulkan agar orang pertama yang memasuki tempat suci itu akan dapat memutuskan perselisihan.

Lalu siapa yang memasuki tempat suci itu. Ternyata adalah Nabi Muhammad yang ketika itu belum menerima wahyu.

Nabi dikenal dalam hal kejujuran dan beliau  mengajak seluruh pemimpin suku untuk masing-masing memegang bagian dari tepi kain.

Mereka secara bersama sama membawa batu itu dalam kainnya dan menaruhnya pada tempatnya.

“Hajar Aswad turun dari surga, ketika itu  warnanya lebih putih dari susu, dosa anak Adamlah yang menjadikannya hitam” menurut Abdullah Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu (HR. Tirmidzi dalam bukunya Sounan n°877).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun