Getaran pada Senin sore menyebabkan warga yang panik mengungsi ke jalan-jalan saat bangunan runtuh.
Tempat parkir sebuah rumah sakit di Cianjur dibanjiri korban, ada yang dirawat di tenda darurat, ada yang memasang infus di trotoar, saat petugas medis menjahit pasien di bawah cahaya obor.
"Semuanya ambruk di bawah saya dan saya remuk di bawah anak ini," kata Cucu, seorang warga berusia 48 tahun, kepada Reuters dari tempat parkir rumah sakit yang penuh sesak itu.
"Dua anak saya selamat, Saya bawa dua lagi ke sini, dan satu masih hilang," katanya sambil menangis.
Hingga Selasa pagi, ratusan polisi telah dikerahkan untuk membantu upaya penyelamatan gempa.
Survei Geologi AS (USGS) mengatakan gempa dengan pusat gempa di Cianjur adalah dangkal .
Indonesia merupakan bagian dari Cincin Api Pasifik di mana gempa bumi dan aktivitas vulkanik sering terjadi.
Indonesia sudah harus belajar manajemen atau simulasi gempa sejak sekolah seperti yang dilakukan Jepang.
Di negara itu setiap tanggal 11 September anak anak dilatih untuk mengamankan diri dari gempa
Dengan prinsip 'OKASHIMO' yang diajarkan untuk keluar kelas dengan selamat setelah goncangan berakhir.
Anak sekolah secara serempak berteriak “O" atau osanai (jangan dorong), KA atau kakenai (jangan lari), SHI , shaberanai (jangan bicara), MO, modoranai (jangan berbalik)”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H